Salah satu ciri yang menonjol dari mereka ialah kemampuan dalam menciptakan konsepsi baru, kelincahan berpikir, dan kemampuan tak terbatas dalam mencari kebenaran.
“Pendidikan menjadi ukuran untuk memperoleh tempat penting selama masa pergerakan maupun pada masa revolusi dan sesudahnya. Hal ini jauh lebih penting daripada semangat dan rasa nasionalisme … ” kata sejarawan Onghokham dalam buku “Rakyat dan Negara”.
Terhadap golongan intelektual ini orang Belanda pada masa itu umumnya memandang sinis. Mereka misalnya mengatakan Sukarno sebenarnya seorang Indo atau punya darah Belanda, sebab tanpa hal itu tidak akan bisa menggerakkan bangsanya.
Tiga unsur pokok pemikiran kaum intelektual saat itu umumnya ialah anti-elitisme, anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Ketiga-tiganya sangat identik dengan nasib rakyat kecil.
Dengan pengetahuan yang mereka miliki mereka menjadi pembaharu dan pembawa perubahan untuk kemajuan masyarakat, karena meyakini bahwa ilmu pengetahuan menuntun masa depan sebuah bangsa.