Sukarno, Hatta, Sjahrir, Husni Thamrin, Deuwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara dan beberapa nama lainnya, mendirikan partai politik setelah mengalami pergumulan intelektual, dan menempa diri dengan berbagai pengalaman yang mematangkan karakter mereka sebagai pejuang yang mendapatkan kepercayaan dari rakyat. Itulah sebabnya mereka mampu membangun partai ideologis yang memiliki garis perjuangan yang jelas.
Partai politik mereka gunakan sebagai alat perjuangan untuk membebaskan rakyat dari berbagai penindasan. Bukan sebagai alat transaksi seperti belakangan ini dipertontonkan dalam memilih calon presiden, dengan dukungan modal dari para bandar yang antara lain membiayai tukang survei berbayar, media berbayar dan buzzersRp sebagai suksesor.
“Perubahan yang dipimpin oleh kalangan intelektual sangat berbeda dibandingkan dengan perubahan yang dipimpin oleh politisi. Pejuang kemerdekaan kita dulu umumnya tokoh-tokoh intelektual. Hasilnya bukan sekedar perubahan berupa kemerdekaan, tapi prinsip-prinsip dasar bernegara dan berbangsa yang dicapai dari kemerdekaan,” tandas tokoh nasional, Rizal Ramli di akun twitter-nya belum lama ini.