
Menurut Kelvin, harus diakui bahwa pertumbuhan koneksi terkelola dan tidak terkelola menyebabkan lonjakan besar dalam jumlah insiden keamanan. Dengan 74 persen perusahaan yang disurvei di Indonesia melaporkan peningkatan pelanggaran keamanan lebih dari tiga kali lipat.
Masih berdasarkan hasil survei di atas, serangan keamanan yang paling banyak terjadi antara lain phishing, denial of service (DoS), pencurian data/identitas, ransomware, dan kehilangan data. Namun, hanya 49 persen perusahaan di seluruh Asia yang memiliki personel keamanan khusus, menjadikan mereka lebih rentan terhadap insiden dan pelanggaran keamanan.
Senada, Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia terus merangkul masa depan digital dan menjadi pemimpin dalam ekonomi digital. Seiring itu, semua pemangku kepentingan dan masyarakat harus semakin menyadari bertambahnya frekuensi dan kecanggihan serangan siber dan pelanggaran data. Kurangnya tenaga ahli dalam industri keamanan siber semakin mempersulit situasi ini.