Menurutnya, ada lahan gambut yang tebalnya sampai 13 meter atau 14 meter, dan itu membutuhkan air banyak kalau sudah terjadi kebakaran.
“Nah, sumber air ketika kebakaran itu jauh, akhirnya harus menggunakan sumur pompa, tapi sumur bor kadang asal pasang aja sehingga tidak ada manfaatnya,” katanya.
Ia juga menyoroti soal sekat kanal yang dibuat hanya untuk menampung air hujan saja, tetapi tidak terkoneksi ke saluran utama seperti sungai.
“Kalau gambutnya 13 meter, sekat kanal cuma 2 meter atau 3 meter nggak ada manfaatnya, karena air itu akan menyerap ke gambut yang lebih dalam. Jadi saya rasa tidak efektif cara-cara seperti itu, perlu evaluasi lagi restorasi gambut itu dalam hal implementasinya,” bebernya.
Karena itu, ia kembali menekankan pentingnya perencanaan secara serius dan komprehensif terkait penanganan lahan gambut dalam rangka meminimalisir kebakaran.
“Jadi harus terencana betul penangana lahan gambut itu, tidak parsial, tidak menunggu kalau El Nino. Kalau saya sih mau El Nino atau tidak kita cegah dengan solusi jangka panjang dan penegakan hukum, dua itu yang paling penting,” tutupnya. (tim)