Dengan kepadatan 72 KK yang berjumlah >300 jiwa, sekolah Gajahwong hanya seluas 10 x 10 (meter), kapasitas ruang ini menyebabkan kemampuan daya tampung anak kelas akar dan kelas rumput masing-masing hanya 15 orang setiap pagi. Sekolah Gajahwong berkomitmen untuk tetap mengontrol perkembangan sekolah anak didiknya yang terdahulu melalui pendampingan setiap akhir pekan bagi kategori kelas lainnya yang juga menempuh sekolah formal diluar.
“Kami juga membantu anak-anak yang sulit mencari sekolah lanjutannya, untuk dapat diterima disekolah formal” Ucap Herlita.
Di tengah kejayaan Kota Yogyakarta, penyesuaian anak-anak dari keluarga prasejahtera tentu perlu usaha yang besar. Kemampuan layanan pendidikan di Kota Yogyakarta yang nyaris merata bahkan diatas rata-rata nasional semakin memegang prinsip kompetisi.
“Ketika terjadi keterbatasan dan perbedaan anak-anak lulusan sekolah Gajahwong dengan peserta didik secara umum tentu tidak dapat menjadi alasan untuk masuk dalam kuota tahun ajaran baru, sehingga peran sekolah Gajahwong semakin besar mulai dari memberikan kesadaran, partisipasi aktif, kepekaan, hingga penyetaraan,” pungkasnya. (tim)