IPOL.ID – Soal kenaikan harga yang terjadi dalam dua bulan terakhir ini pada bahan pangan telur dan daging sapi segar dikeluhkan para pedagang bahan pokok di Pasar Kramat Jati, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (14/7).
Pedagang telur ayam di Pasar Kramat Jati, Rodiah menuturkan, akibat kenaikan harga telur ayam yang sebelumnya berkisar Rp28 ribu kini menjadi Rp32 ribu per kilogram jumlah pembeli menjadi anjlok.
“Sampai sekarang masih Rp32 ribu per kilogram. Imbasnya ya pembeli telur turun, jauh sekali kalau dibanding sebelum lebaran Syawal (Idul Fitri 1444 Hijriah),” keluh Rodiah pada wartawan di Pasar Kramat Jati, Jumat (14/7).
Menurut dia, mahalnya harga telur ayam memberatkan daya beli masyarakat. Terlebih kenaikan harga terjadi bersamaan dengan komoditas lain seperti daging ayam, beras dan minyak goreng.
Akibat kenaikan harga tersebut, para pedagang harus menanggung komplain dari pelanggan, sedangkan mereka juga tidak mengetahui pasti penyebab lonjakan harga telur ayam.
“Sekarang pembeli paling mengurangi jumlah belanja. Pedagang warung makan saja ada yang sampai beli telur pecah, karena harga lebih murah. Jadi menyiasatinya begitu,” tukas Rodiah.
Para pedagang bahan pokok di Pasar Kramat Jati mengeluh karena mereka harus merogoh modal lebih banyak untuk modal, sementara jumlah pembeli berkurang.
Keluhan serupa juga dikeluhkan pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Aan yang mengungkapkan, jumlah pembeli menurun akibat harga daging sapi yang berkisar Rp130 ribu per kilogram.
“Dari Covid-19 sampai sekarang pembeli belum normal, masih sepi. Walaupun sekarang harga sudah stabil tapi pembeli lesu. Daging Rp130 ribu, harga eceran tertinggi Rp140 ribu,” tutup Aan. (Joesvicar Iqbal)