“Mengungkap bahan alam dari biota laut dan tumbuhan dengan melihat potensi bahan alam dari perairan laut, tawar darat, maupun terestrial yang telah banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional sangat diperlukan bagi negara kita. Sehingga potensi bahan alam termasuk potensi kimia bahan alam harus digali lebih lanjut untuk menanggulangi penyakit yang berprevalensi tinggi yang ada di Indonesia, dan membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak,” tuturnya sebagaimana rilis
Perekayasa Ahli Utama PRBBOT BRIN, Agus Supriyono menjelaskan ekosistem laut dan bioteknologi kelautan berkontribusi pada siklus oksigen dan membantu mengatur iklim bumi. Lautan mencakup 70 persen permukaan bumi dan 80 persen organisme yang hidup di ekosistem perairan sebagai agen biologis laut dan mengeksplorasi obat-obatan, kosmetik, nutraceuticals, enzim, industri, produk, bahan bakar nabati, makanan, dan akuakultur.
“Kendala dalam eksplorasi senyawa aktif dari biota, yaitu untuk isolasi aktif dibutuhkan biomassa (sebuah bentuk dari energi terbarukan yang berasal dari bahan organik seperti hewan dan tumbuhan) dalam jumlah relatif banyak, sehingga dapat merusak ekosistem laut. Membutuhkan penanganan sampel sesegera mungkin karena rawan pembusukan. Kondisi ekosistem laut semakin turun karena terjadinya kerusakan yang disebabkan faktor manusia dan alam. Selain itu, untuk pengumpulan sampel biota laut dibutuhkan keahlian terutama sampel dari laut yang lebih dalam sehingga memerlukan biaya yang lebih tinggi,” ucap Agus.