“Sejak Pandemi memang tantangannya di karyawan yang berkurang. Saya enggak pernah memberhentikan, pasti saya perjuangkan, tetapi kebanyakan karena alasan pribadi,” ucapnya. Gravit menceritakan sekarang Kedai Kopinya bertahan di 2 cabang.
Tidak patah semangat, Ia lalu menceritakan bisnis yang sedang digadangnya 3 bulan belakangan ini. “Omzet lumayan sekali, walaupun masih jadi agen tapi kedai kopi di sini ngambil es kristalnya ke saya. Ada karyawan juga yang bantu,” tambahnya.
Perempuan hebat ini yakin bahwa masalah dalam bisnis adalah biasa dan bisa dicari jalan keluarnya (problem solving). Sejak awal memutuskan untuk berbisnis Kedai Kopi, Gravit sudah memperhitungkan peluang bisnis di Situbondo, kampung halamannya.
Pada saat itu, tempat “ngafe” masih sangat jarang. Walaupun menghadapi tantangan sampai harus menutup salah satu Kedai Kopinya, peluang bisnis pasti akan selalu ada. Maka dari itu bisnis es kristalnya justru meraup omzet yang sangat menguntungkan.
Pertanyaan yang kerap muncul adalah alasan Gravit yang hingga kini masih menjadi AO Mekaar. “Mamah selalu ingetin saya untuk tidak melupakan dari mana kamu berasal, jangan jadi kacang lupa kulit. Modal awal saya ya dari PNM, selain mengabdi saya juga mau tumbuh dalam lingkup ini,” Gravit tersenyum sambil mengenang kembali awal mulai ia berkarir.