IPOL.ID – Soal polemik limbah kotoran sapi yang mencemari saluran air di permukiman warga di Kelurahan Cikoko, Pancoran. Wali Kota Jakarta Selatan, Munjirin, angkat bicara dan mengundang semua pihak terkait untuk menuntaskan masalah tersebut.
Dalam rapat koordinasi yang digelar pada Jumat (7/7) siang ini, Wali Kota Munjirin mengundang pihak pelapor yakni Hasan Alhabsy dan pemilik peternakan sapi, Burhan.
Tidak hanya itu, Pemkot Administrasi Jakarta Selatan (Jaksel) juga mengundang stakeholder terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), dan Kementerian Pertanian (Kementan).
“Kita mengundang semua stakeholder kaitan dengan permasalahan peternakan sapi yang ada di Cikoko,” ujar Munjirin kepada wartawan di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jumat (7/7) siang.
Munjirin mengatakan, dalam rapat tersebut pihaknya fokus untuk mencari solusi agar polemik limbah kotoran sapi itu tidak berlarut.
“Kita konsepnya bukan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Tapi kita mencari solusi ke depannya, kita mau atasi bagaimana,” kata dia.
Pihak Paljaya, Perumda Dharma Jaya, dan tenaga ahli biogas yakni dokter Sri turut dilibatkan dalam pertemuan itu.
“Tadi saran-saran dari tenaga ahli maupun kementerian sudah masuk. Tinggal kita ramu nanti, desainnya sudah jadi,” tukas Munjirin.
Sebelumnya, Hasan Alhabshy mengeluhkan adanya limbah kotoran sapi yang diduga mencemari lingkungan di kawasan Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan.
Hasan mengaku telah melaporkan temuannya ke Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Selatan. Dia juga melapor kepada Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono.
Hasan menuturkan, berawal dari keluhannya, saat istrinya yang sedang hamil menderita sakit demam. Saat itu, dia menduga terdapat sarang nyamuk di dekat tempat tinggalnya.
Kemudian Hasan melihat saluran air yang dipenuhi limbah kotoran sapi hingga menjadi sarang nyamuk, bahkan menimbulkan bau tak sedap.
“Limbah tersebut mencemari saluran air hujan, sehingga bau dan banyak nyamuk. Air sumur juga mengandung bakteri yang menyebabkan gatal-gatal, bahkan ada warga lain yang sampai tidak dapat menggunakan toiletnya, karena kotoran sapi itu naik ke toiletnya,” ungkap Hasan kepada wartawan, Senin (26/6).
Dia mengaku sudah diundang pihak Kelurahan Cikoko untuk menjalani mediasi.
Hasil mediasi menyatakan permasalahan saluran air yang dipenuhi limbah kotoran sapi di permukiman warga sudah ada sejak beberapa tahun lalu.
“Sejak alat bantuan dari pemerintah dalam hal ini sparing KLHK rusak, kotoran tersebut mulai dibuang ke saluran air hujan. Menurut beberapa pihak menyatakan masalah ini sudah lama sejak 2002, hal itu dikonfirmasi ketika saya mendatangi kantor Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan,” jelas Hasan. (Joesvicar Iqbal)