IPOL.ID – Pemuda Indonesia sebagai calon pemimpin bangsa dapat mendukung usaha pemerintah dalam mencegah pemikiran ekstremisme yang tidak sesuai ideologi Pancasila. Dan sebagai generasi muda selayaknya turut menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Demikian disampaikan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasonna Laoly dalam International Seminar on Human Rights and Fundamentalisms yang diselenggarakan Universitas Kristen Indonesia (UKI) bekerja sama dengan World Student Christian Federation Asia Pacific (WSCF) di Auditorium Graha William Soeryadjaya, Jakarta Timur, belum lama ini.
World Student Christian Federation (WSCF) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) mengadakan seminar internasional yang membahas isu global “Human Rights and Fundamentalisms”. Seminar ini melibatkan perwakilan Federasi Mahasiswa Kristen Dunia dari Amerika Latin, Amerika Utara, Eropa, serta delegasi Asia-Pasifik.
Yasonna Laoly mengutarakan ideologi fundamentalisme dan ekstremisme membawa ancaman besar bagi hak asasi manusia dan menjadi tantangan yang semakin besar yang harus ditangani secara global.
Berbicara mengenai hak asasi manusia dan fundamentalisme, Yasonna mengatakan bahwa ini berkaitan erat dengan kekerasan dan ekstremisme yang realitanya marak terjadi di seluruh dunia. Isu ini pun sangat serius diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.
“Isu global yang berkaitan ekstremisme yang terjadi di Timur Tengah bisa juga terjadi di negara lain, maka menkumham RI telah melakukan berbagai program pencegahan pandangan ekstremisme dengan pendekatan ideologi Pancasila,” kata Yasonna.
“Pemerintah Indonesia, dalam hal ini, saya sebagai Menteri Hukum dan HAM RI, telah melakukan program-program yang berkaitan dengan mempertahankan ideologi kita Pancasila pada tataran lokal, dan harus juga ada penegakan hukum rule of law, dalam pendekatan menangani ekstremisme,” tuturnya.
Yasonna pun mendorong pemuda sebagai pewaris generasi bangsa untuk memahami dan kemudian mengatasi pikiran-pikiran esktrem dan yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila karena para pemuda yang akan mengisi kepemimpinan bangsa kedepannya.
Kemenkumham RI terus berupaya untuk mengatasi tantangan isu yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia di Indonesia, melalui dialog dengan pemangku kepentingan nasional dan melalui kerja sama internasional.
“Dalam hal pelanggaran hak asasi manusia, aturan hukum harus ditegakkan sebagai norma yang berlaku untuk melindungi seluruh elemen masyarakat tanpa diskriminasi dan intervensi oleh pihak manapun,” ujarnya.
Menkumham RI mengatakan bahwa melalui seminar ini dapat menjawab secara terbuka semua tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Timur Tengah dengan menekankan dampak dari ideologi fundamentalis terhadap hak asasi manusia. Dalam seminar internasional ini ada kesempatan untuk bertukar pengalaman, dan pendekatan inovatif serta mengeksplorasi strategi penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Wakil Rektor UKI bidang Sumber Daya Manusia dan Hukum, Dr. Lisa Gracia Kailola, S.Sos., M.Pd. berharap Seminar Internasional tentang Hak Asasi Manusia dan Fundamentalisme, memungkinkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang akar penyebab, manifestasi, dan konsekuensi dari fundamentalisme terhadap hak asasi manusia.
Doktor Lisa menjelaskan UKI selalu menjadi yang terdepan dalam memajukan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan nilai-nilai Kristiani dan Pancasila.
“Oleh karena itu, melalui kolaborasi ini, kami bertujuan untuk memperluas wawasan, memanfaatkan pengetahuan kami, untuk memberikan dampak yang lebih besar dalam pelayanan kepada masyarakat,” kata Lisa.
Sebagai penyelenggara kegiatan, Jefri Gultom sebagai Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia menyambut baik kesempatan untuk secara aktif terlibat dalam inisiatif kolaborasi dengan WSCF.
“Pemuda bukan hanya masa depan tetapi masa kini. WSCF harus menjadi penggagas kolaborasi global melampui batas negara dalam mempromosikan kesetaraan gender dan hak asasi manusia serta mendorong dialog antaragama untuk perdamaian, pendekatan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, mencegah perang yang mengorbankan martabat manusia dan merawat keharmonisan lingkungan demi masa depan planet kita,” ujar Jefri Gultom.
Pembahasan ini pun diharapkan dapat mendorong para pemuda untuk semakin menyerukan suara-suara perdamaian dunia. Lebih jauh, WSCF berharap suara ini didengar oleh pengambil-pengambil kebijakan di berbagai negara dari seluruh dunia.
Lebih lanjut, WSCF General Secretary, Marcelo Leites Martinez mengatakan pemuda juga memegang peran kunci khususnya dalam penegakan HAM, terlebih dengan adanya internet.
“Manusia di seluruh dunia saling terhubung ke internet, teknologi baru, dan perangkat yang memungkinkan setiap masyarakat terhubung. Anak muda di negara Argentina dan Indonesia atau Eropa, mereka terhubung. Akan tetapi, juga ada narasi baru tentang hak asasi manusia. Penting untuk melindungi hak asasi manusia. Bisa juga melalui media sosial, kita bisa punya pengaruh dan kita bisa punya banyak alat media sosial untuk mempromosikan hak asasi manusia,” ucap Marcelo.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini ialah Dr. Verdinand Robertua, M.Soc. Sc (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UKI), Marcelo Leites (WSCF General Secretary), Dr. Jerry Sambuaga (Wakil Menteri Perdagangan RI), Karen Puimera (WCC Executive Committee Member), Dianet Martinez (WSCF Regional Secretary of Latin America and Caribbean), Serena Tiburtini (WSCF Regional Secretary of Europe).(Redaksi)