IPOL.ID – Pemerintah disebut super tega karena bukannya mengatasi kesulitan masyarakat mendapatkan gas elpiji 3 kg bersubsidi, justru meluncurkan produk elpiji 3 kg nonsubsidi bermerek Bright dengan harga yang lebih mahal.
“Kebijakan itu akan membuat pengadaan dan pendistribusian elpiji 3 kg bersubsidi semakin terbatas dan sulit. Ujung-ujungnya masyarakat dipaksa membeli elpiji 3 kg nonsubsidi,” kata
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto dalam siaran persnya dikutip Jumat (28/7).
Dia memperkirakan hadirnya elpiji 3 kg nonsubsidi itu akan meningkatkan tindak penyalahgunaan elpiji 3 kg bersubsidi oleh pihak tertentu.
Mengingat selisih harga jualnya sangat besar. Dimana saat ini Pertamina menjual elpiji 3 kg merek Bright seharga Rp56 ribu terbatas di Jakarta dan Surabaya. Sementara gas melon 3 kg bersubsidi sebesar Rp20 ribu.
Dijelaskannya, selama ini salah satu modus penyimpangan gas melon bersubsidi yang ditemukan aparat adalah pengoplosan, yaitu dengan memindahkan isi gas elpiji dari tabung melon 3 kg bersubsidi ke dalam tabung 12 kg non subsidi.
Modus ini tidak lain mengubah dari barang bersubsidi dijual menjadi barang non-subsidi yang berharga mahal.
“Adanya produk gas elpiji Bright berwarna pink berukuran 3 kg non subsidi ini, yang sama persis dengan gas melon 3 kg bersubsidi, akan semakin memudahkan pengoplosan. Apalagi marjinnya (selisih harganya) besar, mencapai Rp36ribu per tabung. Pengoplosan bisa semakin marak,” katanya.
Menurut Politisi Fraksi PKS ini, dari ukuran gas yang berbeda saja kerap terjadi pengoplosan gas elpiji.
Apalagi jika barang dan ukurannya serupa, hanya merubah warna tabung dari warna hijau melon ke warna pink saya, maka akan berubah dari barang bersubsidi menjadi barang non-subsidi. Ini tentu semakin rawan.
“Ini kan bentuk dualitas produk. Dimana komoditas yang sama, dijual dengan harga yang berbeda. Yang satu bersubsidi dan yang lain nonsubsidi,” terangnya.
Sebagai informasi, di tengah harga gas elpiji dunia yang terus merosot hampir setengahnya sejak puncaknya di awal tahun 2022, harga elpiji di Indonesia tetap bertahan.
Kenyataan di lapangan malah justru muncul kelangkaan gas LPG 3 kg dengan harga yang melejit. Sebagaimana terjadi di daerah seperti Balikpapan, Makasar, Bali, Banyuwangi, sumbar, dan lainnya. (far)