“Kita juga bisa membacakan buku secara nyaring kepada anak, mengajak anak berpartisipasi aktif dalam proses memilih buku, mengajak anak berdialog tentang buku yang dibaca, dan menata buku semenarik mungkin,” imbuh Susi.
Dalam pelaksanaan Perjenjangan Buku, Kepala Sekolah SD Negeri Iyameli, Alor, NTT, Via Wata Legimakani merasakan dan menyaksikan dampak dari program ini secara langsung di sekolah yang dikelolanya. “Dengan adanya program Perjenjangan Buku ini, saya rasa akan ada perubahan baik di daerah terpencil, khususnya di daerah saya,” ujarnya.
Untuk mendapatkan dampak secara maksimal, Via menerapkan strategi peningkatan minat baca
melalui pendekatan dari guru ke murid, serta dari orang tua ke anaknya yang disesuaikan dengan minat dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dari segi bahasa pengantar, kami menggunakan bahasa bahasa ibu atau bahasa daerah agar anak-anak lebih tertarik dan lebih terangkul. Dari segi teknis, guru dan orang tua tidak langsung fokus pada teks, namun pertama-tama mengajak anak untuk melihat-lihat gambar ditambah dengan perantara objek nyata seperti hewan dan tumbuhan. Pendekatan dari guru ke siswa,” jelasnya.