“Yang membedakan dengan dua GSHS sebelumnya, belum ada topik terkait media sosial. Media sosial kita tanyakan, karena kaitannya dengan pascapandemi, dengan masalah screen time pada remaja,” tambah Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN ini.
Selain itu, GSHS juga bertujuan mengukur tren prevalensi perilaku berisiko kesehatan pada remaja. “Karena sudah ada GSHS 2007 dan 2015, jadi nanti ada tiga GSHS. Dari GSHS ketiga ini, kita bisa melihat tren dari GSHS yang sudah kita dapatkan. Misalnya, tren perilaku merokok, tren upaya bunuh diri, dan sebagainya,” terangnya.
Kemudian untuk Survei Kebijakan dan Praktik Kesehatan Sekolah Global atau G-SHPPS, lanjut Tin, merupakan yang pertama dilaksanakan di Indonesia. Kedua kegiatan ini akan menghasilkan informasi yang lengkap dari kondisi siswa dan implementasi kebijakan di tingkat sekolah.
G-SHPPS menyasar responden yang mewakili institusi sekolah. Targetnya adalah 420 sekolah di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan secara online melalui platform website WHO.