IPOL.ID – Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Chengdu, China pada akhir Juli lalu. Selain bertemu dengan Presiden Xi Jinping, dalam kunjungan dua hari tersebut, Presiden juga menyediakan waktu bertemu dengan beberapa pimpinan perusahaan di sana.
Tujuannya, tentu membahas peluang investasi di tanah air. Salah satu topik yang hangat adalah investasi mobil listrik di Indonesia.
Kepada para calon investor yang merupakan CEO perusahaan Tiongkok, di hari kedua, Presiden Jokowi mengatakan bahwa investasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia adalah prioritas pemerintah. Pemerintah Indonesia ingin membangun ekosistem kendaraan listrik mulai dari bahan baku, baterai electric vehicles (EV), sampai kendaraan listrik.
“Prioritas yang ingin kami kerjakan untuk investasi sekarang ini adalah yang pertama di ekosistem kendaraan listrik, mulai bahan baku sampai EV baterai, sampai nanti di kendaraan listrik,” jelas Presiden Jokowi.
Kendaraan Listrik
Merujuk kesepakatan negara-negara di dunia untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060, didorong agar sejumlah negara mencari jalan keluar. Salah satu pilihannya adalah dengan melakukan transisi dari penggunaan mobil konvensional ke mobil listrik. Ruang itulah yang dimanfaatkan Indonesia sebagai peluang untuk melakukan lompatan menjadi negara maju dan tidak terjebak pada negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
Sejalan dengan itu, Pemerintah RI pun merancang strategi besar. Salah satunya adalah menciptakan ekosistem mobil listrik dan baterai kendaraan listrik (EV). Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.
Target besarnya, menjadikan negara lain akan bergantung ke Indonesia. Pemerintah RI mengikuti jejak Taiwan dan Korea Selatan yang berhasil membuat negara lain bergantung kepada produk mereka. Taiwan membuat produk chip dan Korea Selatan yang memproduksi komponen digital.
Keinginan itu bukan tanpa alasan, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun ekosistem kendaraan listrik, terutama produksi baterai untuk kendaraan listrik.
Indonesia memiliki cadangan nikel nomor satu di dunia dengan kisaran stok 21 miliar ton. Jumlah tersebut kurang lebih 30 persen dari cadangan dunia. Kemudian sumber daya timah Indonesia nomor dua di dunia, bauksit nomor enam di dunia, dan tembaga nomor tujuh di dunia.
Dengan sebagian besar sumber daya itu, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi produsen EV baterai dan lithium baterai untuk kendaraan listrik melalui program hilirisasi. Lithium baterai adalah unsur penting bagi kendaraan listrik, yaitu 60% dari komponen mobil listrik kuncinya ada di baterai.
Jika ekosistem besar kendaraan listrik sudah terbentuk, negara-negara maju produsen otomotif diyakini akan melirik Indonesia. Sederet perusahaan manufaktur mobil listrik dari berbagai negara dikatakan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia yang saat ini tengah membangun ekosistem baterai EV.
Menurut Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) saat ini sudah ada beberapa perusahaan manufaktur EV internasional yang menunjukkan ketertarikannya untuk berinvestasi di Indonesia, di antaranya BYD Co Ltd., Wuling Motors, Hyundai, NETA Auto, Chery, dan Tesla.
Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia terbuka terhadap hal tersebut asalkan para investor turut menggandeng perusahaan swasta Indonesia maupun dengan badan usaha milik negara (BUMN). Dengan demikian, akan terjadi transfer teknologi. (ahmad)