IPOL.ID – Komisi IX DPR RI mendapat usul untuk mendorong pembentukan panitia khusus (Pansus) guna mencari solusi mengatasi polusi udara yang terjadi saat ini khususnya di Jabodetabek dan sekitarnya.
Menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris, dengan melibatkan lintas sektor, diharapkan akan ada kebijakan lebih komprehensif dalam mengatasi persoalan polusi udara.
“Kami mendapat beberapa saran, bahwa bagaimana kalau nanti kita mengusulkan ke pimpinan DPR untuk membuat Pansus untuk bagaimana kita sama-sama mengatasi masalah polusi udara. Bukan hanya di Jabodetabek, tetapi di seluru Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis diterima Sabtu (26/8).
Usulan pembentukan Pansus itu muncul dalam rapat bersama Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) yang melakukan audiensi dengan Komisi IX DPR.
Dalam pertemuan itu, seluruh dokter yang tergabung dalam PDPI sepakat permasalahan polusi udara harus diselesaikan melalui lintas sektoral.
Pada pertemuan tersebut, PDPI mengungkapkan data mengenai dampak yang disebabkan polusi udara.
PDPI menyebut, mengatasi masalah polusi udara bukan hanya mencari solusi terkini, namun menemukan sebuah formula tindakan pencegahan yang meminimalisir timbulnya polutan di udara.
Karena itu, Charles menyatakan Komisi IX DPR akan melakukan rapat untuk membahas mengenai kemungkinan dibentuknya Pansus Polusi Udara.
“Kita akan melakukan rapat internal dan nanti kita bisa putuskan di sana. Keputusan ada atau tidaknya Pansus nanti diputuskan bersama-sama oleh pimpinan DPR dengan mendapatkan masukan dari komisi-komisi lainnya,” terangnya.
Saat melakukan audiensi dengan DPR, PDPI mengungkap bahwa penyebab memburuknya kualitas udara memburuk tak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti akibat polutan dari kendaraan bermotor. Tapi juga pembangkit listrik dan pabrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Kemudian asap rokok juga menjadi penyumbang polutan di udara yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Maka, menurut Charles, diperlukan kerja sama lintas sektoral untuk menghadapi masalah tersebut.
“Kalau kita membuat Pansus nanti kita bisa melibatkan teman-temab lintas sektor baik dari yang berkaitan dengan transportasi, KLHK (urusan lingkungan hidup) , industri dan seterusnya. Sehingga nanti rekomendasi dikeluarkan juga akan bisa diterapkan,” katanya.
Dia menambahkan, untuk menekan polusi udara juga memerlukan sikap yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Dengan harapan, kualitas udara di Indonesia, khususnya di Jabodetabek, bisa tetap terjaga di kemudian hari.
“Sekali lagi masalah kesehatan ada di ujungnya. Ada akibat dan dampaknya, tetapi permasalahan utama yang harus segera dibenahi adalah mengapanya. Sehingga kita harus mencari solusi berkelanjutan,” urainya.
“Jadi diperlukan perencanaan secara nasional yang diadakan secara bergotong royong antar lintas kementerian. Jadi melibatkan seluruh stakeholder baik dari pemerintah pusat maupun daerah,” lanjutnya.
Pembentukan Pansus juga didukung oleh beberapa komisi selain Komisi IX yang membidangi urusan kesehatan. Hal ini mengingat masalah polusi udara harus dikerjakan bersama-sama.
“Dengan pimpinan Komisi IV (urusan lingkungan hidup) dan komisi VII (energi) secara informal, mereka mengatakan ya memang kalau mau menyelesaikan permasalahan ini harus bersama-sama. Maka wacana terkait Pansus, penanganan polusi Jabodetabek bukan sesuatu yang mungkin untuk dilakukan,” sebutnya.
Di sisi lain, Charles juga menyinggung soal adanya usulan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk meminimalisir dampak kesehatan dari polusi udara bagi anak. Ia menilai, hal tersebut hanya solusi jangka pendek saja.
“Bagi saya hal ini adalah solusi yang bukan solusi permanen dan harus menjadi opsi terakhir. Pembelajaran jarak jauh, mungkin hanya akan menyelesaikan masalah dalam beberapa hari ke depan,” tandasnya. (far)