IPOL.ID – Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri melantik Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian sebagai Wakil Kepala BRIN, Kamis (3/8).
Amarulla Octavian sebelumnya menjabat sebagai Rektor Universitas Pertahanan sejak 9 April 2020 dan sebagai dosen tetap sejak 2014.
Pria kelahiran Surabaya, 24 Oktober 1965 ini menyelesaikan gelar doktornya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada 2013.
Sebelumnya dia telah menempuh pendidikan militer di Akademi Angkatan Laut, lulus 1988.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyambut baik pelantikan Wakil Kepala mengingat struktur organiasi BRIN sangat besar dengan 12 organisasi riset dan 85 pusat riset.
Kehadirannya Wakil Kepala, kata dia, sangat diharapkan, khususnya dalam memberikan solusi berbasis riset dan inovasi atas permasalahan yang muncul di kalangan masyarakat luas dan mempercepat terwujudnya ekosistem riset dan inovasi yang lebih baik di Indonesia.
“Dengan pelantikan ini hampir seluruh struktur organisasi telah lengkap, sekaligus memastikan bahwa BRIN akan mampu berlari lebih kencang sesuai harapan masyarakat luas,” kata Handoko saat ditemuai awak media usai mengikuti upacara pelantikan.
Menurutnya kehadiran Wakil Kepala BRIN akan sangat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan manajemen yang lebih detail. Biasanya berbagai problem justru timbul pada hal-hal yang detail.
“Mengelola manajemen riset itu harus detail dan masuk sampai kepada personal, karena sumber daya manusia itu yang nomor satu dan biasanya problem itu ada di yang detail-detail itu,” paparnya.
Kendati sudah ada yang dilantik sebagai Wakil Kepala, dalam menjalankan tugasnya, Handoko menjelaskan tidak perlu melakukan pembagian secara spesifik.
Justru Kepala dan Wakil Kepala BRIN harus bisa masuk kepada semua organisasi riset yang ada.
Sementara itu, Amarulla Octavian mengatakan kesiapannya untuk bekerja sebagai Wakil Kepala BRIN.
“Pada prinsipnya saya siap bekerja sesuai dengan arahan dari bapak kepala,” ujar Amarulla.
Dalam menjalankan tugasnya, Amarulla akan mengikuti prioritas sesuai dengan organisasi dan tata kerja yang sudah dibangun oleh BRIN.
Jika selama ini Amarulla aktif berkecimpung di dunia militer, dia mengatakan, bukan berarti semua program riset harus diarahkan untuk kepentingan militer. Justru dalam menjalankan tugas tidak perlu membeda-bedakan antara teknologi untuk militer atau bukan.
“Yang penting teknologi itu berguna untuk masyarakat umum,” ujarnya.
Ia mencontohkan banyak program riset yang semula untuk kegiatan militer seperti telepon genggam, kamera, bahkan nuklir, justru sekarang lebih banyak dimanfaatkan untuk masyarakat umum.
“Bahkan teknologi nuklir yang dulunya hanya untuk senjata, sekarang justru pemanfaatannya tidak kurang 80% untuk kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya (far)