IPOL.ID – Kisah santri ini patut menjadi rujukan bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Ketekunannya mengantarnya mencapai cita-cita besarnya sejak kecil
Kuliah di kedokteran menjadi cita-cita Rahmat sejak kecil. Asa itu sudah membuncah sejak dia duduk di bangku sekolah.
Alasannya, sebagai pemuda desa, dia ingin membangun daerahnya dan saat itu masih jarang yang berprofesi dokter.
Jalan meraih cita itu sempat terbuka, saat ada kesempatan mendapat beasiswa kuliah kedokteran di China. “Tapi saya batal berangkat karena Covid-19 mendera dan China saat itu adalah pusatnya. Beruntung ada MOSMA Kemenag. Batal ke China, saya dapat kesempatan kuliah ke Amerika,” ujar Rahmat dengan mata berkaca-kaca.
Rahmat berasal dari Dusun Lombongan, sebuah dusun terpencil di bagian selatan Provinsi Sulawesi Barat. Rahmat kecil akrab disapa “ade” karena postur tubuhnya yang pendek dan selalu terlihat seperti adik laki-laki bagi anak seumurannya.
Dia adalah anak bungsu dari 8 bersaudara, pasangan Ruhaniah dan Muh. Ridha. Ibunya seorang petani sekaligus ibu rumah tangga, sedang bapak seorang pensiunan guru agama sekaligus seorang nelayan.