Dia merinci, jumlah lempengan tektonik di Pulau Papua (New Guinea) sebanyak 32 lempengan, di mana setiap lempengan memiliki karakteristik khusus yang memengaruhi jenis flora yang tumbuh di atasnya. Tingginya keragaman flora dibarengi dengan tingkat endemisitas tinggi pula, yaitu 1.030 spesies atau sekitar 68 persen.
Berikutnya, pria kelahiran Wasior, Papua Barat, 47 tahun lalu ini memaparkan data inventarisasi serta pemanfaatan flora secara tradisional turun-temurun oleh 276 suku di Papua, melalui kajian etnobotani di beberapa wilayah.
“Tercatat 225 jenis untuk bahan pangan, 115 jenis untuk ritual dan magis, 39 jenis bahan pembuat perahu, 25 jenis untuk obat malaria, dan 57 jenis sebagai bahan obat diare,” paparnya. Namun dia menyayangkan informasi berharga ini belum menjadi perhatian serius Pemerintah.
“Perlu upaya segera penyelamatan flora Papuasia melalui konservasi in-situ atau ek-situ sebelum terlambat. Saat ini IUCN sudah mencatat ada sedikitnya 470 jenis flora terancam kepunahan dan satu spesies dinyatakan punah, yaitu Manilkara napali van Royen,” tambahnya.