IPOL.ID – Tanggal 27 September menjadi momentum peringatan sejarah pengambilalihan Kantor Pusat Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon (PTT) di Bandung oleh pemuda Indonesia yakni Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon (AMPTT) dari kekuasaan penjajah Jepang.
Namun pengambilalihan Kantor Pusat Jawatan PTT ini tak mudah seperti membalik kedua belah telapak tangan. Diperlukan perjuangan, baik tenaga maupun pikiran bahkan hingga pertumpahan darah.
Hal itu diungkapkan oleh pensiunan PT Telkom Indonesia, Bambang Supriyono saat ditemui awak media di Gedung Postel, Jawa Barat, Kamis (21/9).

Dia mengungkapkan pertumpahan darah itu terjadi saat pengambilalihan gedung dari pihak penjajah oleh AMPTT.
“Pada proses pengambilalihan (gedung) itu terjadi pertumpahan darah di mana-mana, mereka rela berkorban yang penting mengamankan gedung ini,” ungkap Bambang.
Berdasarkan catatan sejarah, nama Soetoko, Mas Soeharto dan R Dijar dianggap yang paling andil dalam sejarah perebutan kantor yang bersebelahan dengan gedung sate tersebut.
Namun siapa sangka, ternyata masih ada puluhan nama lainnya yang pernah ikut berjuang mempertaruhkan nyawa untuk memperebutkan gedung tersebut.
“Ada 78 nama PTT di Tanah Air. Mereka rela berjuang karena menyangkut harga diri bangsa, kedaulatan bangsa,” ucap Bambang.(Yudha Krastawan)