IPOL.ID – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata Sandiaga Salauddin Uno mendukung pengajuan Kota Salatiga sebagai Anggota Jejaring Kota Kreatif UNESCO 2023 (UNESCO Creative Cities Network (UCCN).
Menparekraf Sandiaga dalam kegiatan workshop peningkatan inovasi dan kewirausahaan kabupaten/kota kreatif (KaTa Kreatif) Indonesia di Gedung Sekretariat Daerah Kota Salatiga, belum lama ini mengatakan kegiatan workshop ini merupakan bagian dari upaya bersama dalam mendorong penetapan Kota Salatiga sebagai kota kreatif dunia.
“Terima kasih Salatiga yang kembali memperkuat ekosistem ekonomi kreatif dalam workshop ini. Saya sangat menghargai optimisme dan antusiasme dari pelaku ekonomi kreatif untuk mendorong Salatiga atas penetapannya sebagai kota kreatif dunia,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Kota Salatiga sebelumnya mengajukan diri sebagai kota gastronomi. Kota ini memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar pada subsektor kuliner. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai peluang pengembangan usaha oleh pelaku ekraf. Kreativitas dan inovasi pelaku ekonomi kreatif dalam menjangkau pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini.
Menparekraf Sandiaga mendorong para pelaku ekonomi kreatif Kota Salatiga agar terus berinovasi dan berkarya serta membangun jejaring dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
“Terlebih tadi saya menangkap ada satu narasi baru yaitu tentang keberlanjutan lingkungan yang dilakukan dalam konsep dekarbonisasi dari industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang akan memperkuat kedudukan Kota Salatiga sebagai kota kreatif nantinya,” ujar Sandiaga.
Melalui kegiatan ini Kemenparekraf/ Baparekraf berupaya mendorong kebangkitan ekonomi kreatif dengan bentuk aktivasi kegiatan dengan memfasilitasi para pelaku ekonomi kreatif dan pelaku UMKM dalam mengeksplorasi dan mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif sehingga memiliki nilai tambah dan memberikan penguatan branding dari produk-produknya.
“Mendukung terciptanya 4,4 juta lapangan kerja baru di tahun 2024,” kata Sandiaga seperti dilansir dalam laman kemenparekraf.
Apresiasi Cokelat Tempe
Sandiaga Salahuddin Uno, dalam kesempatan tersebut juga mengapresiasi kreasi dan inovasi pelaku ekonomi kreatif Kota Salatiga yang menghadirkan produk kuliner berupa paduan cokelat dan tempe yang diberi nama Latte.
Menparekraf saat mencoba membuat kudapan cokelat Latte pada kegiatan workshop KaTa Kreatif Kota Salatiga yang berlangsung di Gedung Sekretariat Daerah Kota Salatiga, Kamis (14/9/2023).
“Saya mencoba Latte, cokelat tempe. Ini merupakan inovasi produk yang saya hargai atas kolaborasinya,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Kota Salatiga memiliki potensi ekonomi kreatif yang kaya dan beragam pada subsektor kuliner. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai peluang pengembangan usaha oleh pelaku ekraf. Kreativitas dan inovasi pelaku ekonomi kreatif juga tercermin dalam menjangkau pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini.
Menparekraf Sandiaga mendorong para pelaku ekonomi kreatif Kota Salatiga agar terus berinovasi, berkarya, serta membangun jejaring dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
“Dan inovasi inilah yang dibutuhkan bangsa ini untuk bisa menawarkan lebih banyak produk dari Kota Salatiga di tingkat dunia,” ujar Sandiaga.
Sementara Ade, pelaku kreatif yang menghadirkan produk Latte (cokelat mixed tempe) bersama rekan-rekannya ini menjelaskan ide awal dari produk ini adalah ketika desa tempatnya tinggal, Tingkir Lor, ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2015.
“Dari situ kami tertantang untuk menciptakan oleh-oleh khas lokal. Kebetulan daerah kami memang banyak produsen tempe,” ujar Ade.
Melihat banyaknya produsen tempe, baru terpikir untuk mengembangkan produk fermentasi dari kedelai itu. Kemudian ia terpikir untuk dipadukan dengan cokelat. Awalnya produk Latte yang dihadirkan hanyalah keripik tempe yang dicelup cokelat.
Ia mengatakan butuh waktu satu tahun untuk dapat menghadirkan rasa dan bentuk juga kemasan yang diinginkan.
“Tapi akhirnya cokelatnya banyak yang jatuh, dan akhirnya tempe kami jadikan sebagai isian seperti sekarang agar bentuknya lebih rapih. Tempenya juga kami beri bumbu khusus sehingga rasanya gurih, jadinya perpaduan antara manis dan gurih,” kata Ade.
“Alhamdulillah sekarang kami sudah menjadi daerah tujuan wisatawan, kalau datang ke Desa Wisata Tingkir Lor, kami siapkan wisata edukasi untuk belajar membuat cokelat tempe,” ujar Ade. (tim)