IPOL.ID – Meningkatnya fekuensi dan tingkat keparahan bencana di banyak bagian belahan dunia mendorong ilmu teknik sipil terus berkembang mengikuti kebutuhan kebencanaan. Dibutuhkan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk meningkatnya kebutuhan ahli teknik yang terlatih dalam mitigasi risiko bencana.
“Ahli teknik sipil harus dapat bekerja secara kolaboratif dengan profesional lainnya, termasuk badan tanggap darurat, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat, untuk mengembangkan dan menerapkan strategi yang efektif untuk mengurangi dampak bencana alam,” kata Kepala Pusat Studi Bencana Teknik Sipil UKI, Pinondang Simanjuntak, dalam Seminar Nasional Prodi Teknik Sipil UKI 2023: Peran Teknik Sipil Dalam Mitigasi Resiko Bencana, di Kampus UKI Cawang Jakarta Kamis (14/9/2023).
Pinondang menambahkan bahwa ahli teknik sipil memainkan peran penting dalam mengurangi dampak bencana . Kontribusi tersebut adalah dengan cara merancang, membangun, dan memelihara infrastuktur serta bangunan lainnya yang mampu mengurangi berbagai resiko bencana.
Tidak hanya merancang dan membangun infrastuktur dan bangunan lainnya yang kuat, tetapi juga mengembangkan rencana tanggap darurat dan mendidik masyarakat tentang cara mempersiapkan dan menanggapi bencana alam.
“Termasuk merancang bangunan dan struktur untuk menahan gempa bumi dan angin topan, mengembangkan sistem pengendalian banjir dan sistem drainase untuk mencegah kerusakan akibat banjir serta merancang tindakan mencegah tanah longsor,” ujar Pinondang Simanjuntak.
Dengan menyoroti pentingnya mitigasi risiko bencana, seminar ini berupaya mendorong pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memprioritaskan investasi dalam infrastuktur dan bangunan lainnya dan kesiapsiagaan bencana. Dengan mempromosikan kolaborasi dan berbagi informasi untuk mendorong tanggapan yang lebih terkoordinasi dan efektif terhadap bencana alam.
“Kegiatan ini mendorong inovasi para ahli dan menekankan perlunya pendekatan inovatif untuk mitigasi risiko bencana, termasuk penggunaan teknologi baru dan pendekatan desain. Dengan adanya inovasi dan eksperimentasi akan mengembangkan dan mengidentifikasi cara-cara baru dan lebih efektif untuk mengurangi dampak bencana alam terhadap masyarakat dan infrastuktur dan bangunan lainnya,” kata Pinondang.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Madya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Radito Pramono Susilo, menjelaskan pentingnya tanggung jawab dan peran berbagai pihak terhadap penanggulangan bencana, khususnya pengurangan resiko bencana.
“Pemerintah, akademisi, media, masyarakat dan dunia usaha dapat bekerja sama untuk melakukan mitigasi risiko bencana. Mahasiswa dan akademisi punya keahlian bidang yang dikuasai bisa dihubungkan dengan penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana,” katanya.
“Prodi Teknik Sipil, belajar konstruksi. Ketika memahami suatu wilayah berisiko gempa dan ada ancaman gempa bumi, maka dari sisi teknik sipil mempelajari bangunan yang rentan atau tidak konstruksinya terhadap gempa. Kuat atau tidak bangunan menahan gempa dengan skala sekian ritcher. Ketika tidak kuat, maka apa yang harus dilakukan untuk memperkuat bangunan. Ketika gempa terjadi, bangunan tidak runtuh memakan korban jiwa. Prodi Teknik Sipil mempelajari bangunan tahan gempa,” ujar Radito.
“Bukan gempa saja, ada contoh di wilayah yang rawan banjir maka bangunan beradaptasi dengan banjir. Mahasiswa teknik sipil bisa mempelajari bagaimana beradaptasi banjir, maka ketika volume air naik maka bangunan akan naik. Ketika volume turun maka bangunan akan turun,” tambah Radito.
Pada seminar ini dibahas berbagai topik yang berkaitan Peran Teknik Sipil dalam Mitigasi Resiko Gempa baik dari aspek pembuat regulasi dalam hal ini BNPB, akademisi dari berbagai kampus di seluruh Indonesia, praktisi di bidang teknik sipil, pihak industri yang terkait langsung dengan kegiatan mitigasi pasca bencana.
Hadir lebih dari 30 pemakalah yang dibagi dengan 5 grup diskusi sesuai bidang Ilmu masing masing yaitu Pengelolaan Sumber Daya Air, Transportasi, Struktur Bangunan, Geoteknik dan Manajemen Proyek, termasuk mahasiswa yang akan mengambil Tugas Akhir ataupun baru saja menyelesaikan Sarjana.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan 4 mitra kerjasama FT UKI yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak dan Indonesian Civil Engineer Society of North America (ICESNA), dan pihak industri dengan Glodon Teknologi digital Plat form BIM cubicost. (tim)