Sementara kepada VOA, Permaisuri Kasultanan Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengatakan kabar ini memang sudah ditunggu-tunggu.
“Memang kami sudah menunggu penilaian cukup lama, di antaranya penertiban Malioboro, yang dilakukan untuk mewujudkan (Yogyakarta) sebagai warisan kota budaya dunia; setelah sebelumnya jadi Kota Batik Dunia,” ujarnya lewat pesan teks.
Kawasan sumbu filosofi yang disebut UNESCO itu merujuk pada garis imajiner yang menghubungkan Panggung Krapyak dan Tugu Yogyakarta, yang juga mencakup Malioboro dan Keraton Yogyakarta. Ini merupakan konsep tata ruang yang dibuat raja pertama Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I, pada abad ke 18, yang berdasarkan konsepsi Jawa.
Tiga titik yang ada – yaitu Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta dan Tugu Yogyakarta (atau disebut juga Tugu Golong Gilig) – jika ditarik suatu garis lurus maka akan membentuk sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta. (voa / tim)