IPOL.ID – El Nino ekstrem tahun ini benar-benar berbeda dari sebelumnya, 2019 lalu. Itu yang dikatakan Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Endra S Atmawidjaja. Dia meyakinkan bahwa penyelamat kekeringan di Indonesia ada pada keberadaan bendungan, dan embung.
“Kita ambil contoh terdekat saja, Jabodetabek ini kalau tidak ada Jatiluhur (bendungan) sudah kering kerontang, nggak ada air. Ini masih bisa mandi kan? Masih ada air bersih,” katanya di Jakarta, belum lama ini. Dia menyebutkan kekeringan kali ini membuat tampungan bendungan tinggal 40 persen saja dari kapasitas normal. “Kita perlu banyak bendungan,” tuturnya.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia baru memiliki 264 bendungan. “Tahun 2024 akhir kita harus ada 300 bendungan,” ujar Endra.
Itu pun, baru 19 persen jumlahnya di Indonesia, masih jauh dari kata layak. “Sebagai contoh, Korea Selatan yang luasnya hanya seluas Provinsi Jawa Tengah, memiliki 3.000 bendungan. Di China ada 98.000 bendungan. Kita membangun terlihat banyak, tapi sebetulnya masih jauh dari cukup. Ke depannya memang harus ditambah tampungan-tampungan air ini,” katanya.
Artinya, jika banyak bendungan, kita tidak hanya mengandalkan hujan dan sungai. Masa panen bisa beberapa kali setahun dan itu sangat membantu petani.
“Mitigasi yang kita lakukan adalah menjamin supaya sepanjang tahun tersedia air dalam jumlah yang cukup dan kondisi yang baik. Infrastruktur-infrastruktur ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi pertanian,” ucapnya.
Kaberadaan bendungan dan embung memiliki peran penting untuk menghadapi krisis air akibat perubahan iklim tersebut. Endra pun menyinggung penyelenggaraan event World Water Forum (WWF) ke 10 di Bali, Indonesia pada 2024 mendatang. Menurutnya, itu merupakan kesempatan buat Indonesia dalam mempengaruhi kebijakan global tentang air.
“Bapak Presiden mengharapkan juga, event WWF mendatang bisa memberikan kesepakatan-kesepakatan yang konkrit bagi Indonesia. Perubahan iklim bukan lagi wacana perdebatan, tapi sangat riil dan dampaknya sudah dapat dirasakan oleh semua orang,” kata Endra.
Dia menambahkan, selain membangun embung, bendungan, dan saluran irigasi, pemerintah juga mengoptimalkan penampungan-penampungan air alami seperti danau dan situ.
“Tampungan-tampungan alamiah seperti danau, situ, yang selama ini banyak kerusakan, sedimetasi, bahkan hilang, seperti di Jabodetabek, kita pelihara agar dapat turut menampung air-air yang akan kita butuhkan,” ujarnya.
Endra melanjutkan, hingga saat ini pemerintah sudah menyelesaikan pembangunan 32 embung dan bendungan. Masih ada pengerjaan sebanyak 25 bendungan yang akan diselesaikan secara bertahap, rinciannya sebanyak 10 bendungan pada 2023 dan 15 bendungan pada 2024.
Dalam forum bergengsi WWF ke-10 itu, Endra menjabat sebagai Wakil Ketua Sekretariat Panitia Nasional WWF Ke-10 dan Presiden Joko Widodo juga telah ditunjuk oleh World Water Council sebagai Water Messenger. (vit)