Setelah diterima bekerja, ia menjalani empat bulan pelatihan, termasuk belajar cara menarik becak, yang beratnya bisa mencapai 250 kilogram.
“Saya tidak memiliki pengalaman dalam olahraga, sehingga menarik rickshaw awalnya sangat sulit bagi saya. Pada awalnya, saya mengalami banyak masalah seperti menjatuhkan rickshaw,” kata Akimoto yang memakai tali di lehernya dengan label bertuliskan “Saya tidak mau menyerah”.
Profesi ini secara tradisional didominasi laki-laki, di mana penarik rickshaw dikenal dengan kekuatan dan ketangguhannya. Tetapi sekarang, jumlah penarik rickshaw perempuan meningkat, seiring peran media sosial yang meningkatkan popularitas mereka.
Faktanya, hampir 30 persen dari 90 penarik becak di perusahaan operator rickshaw “Tokyo Rickshaw” saat ini adalah perempuan. Tokyo Rickshaw adalah satu dari beberapa operator rickshaw di pusat kota Asakusa, Tokyo.
Bagi Akimoto, tantangan terbesar adalah mematahkan stereotip terhadap perempuan. “Orang datang dari tempat lain, dan sering memandang saya seolah-olah berkata: ‘Hah? Seorang gadis menarik rickshaw?” Julukan ‘Gadis Rickshaw’ semakin popular di daerah Asakusa akhir-akhir ini, tetapi saya ingin semakin menonjolkan lagi profilnya agar orang-orang tahu bahwa perempuan dapat bekerja sebagai penarik rickshaw,” tambah Akimoto.