IPOL.ID – Dalam mencegah potensi pencemaran lingkungan akibat limbah dihasilkan dari ban bekas konsumen sudah tidak digunakan, Planet Ban berkolaborasi dengan CarbonEthics mengolah limbah tersebut untuk memecah ombak mengendalikan abrasi.
Sebagai langkah awal kerja sama itu, kedua pihak memproses lebih dari lima ratus limbah ban motor bekas yang akan menjadi Alat Pemecah Ombak (APO) yang membentang sepanjang 150 meter di sepanjang garis pantai Dusun Bungin, Tanjung Pakis, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
CEO Planet Ban, Andi Harjoko mengatakan, sejak didirikan, Planet Ban telah memiliki visi untuk menggunakan inovasi sebagai landasan utama dalam membangun bisnis berkelanjutan. Planet Ban terus berupaya menjadi pemimpin dalam penyediaan produk dan layanan berkelanjutan bagi para pengendara sepeda motor di Indonesia.
“Seiring pertumbuhan, Planet Ban terus berkontribusi menciptakan lingkungan lebih baik, mengurangi dampak negatif terhadap planet kita. Tak hanya mengurangi jumlah limbah ban yang akan berakhir di tempat pembuangan akhir, kolaborasi bersama CarbonEthics ini diharapkan dapat mengendalikan abrasi dan melindungi pemukiman masyarakat dari gelombang laut,” kata Andi Harjoko, Selasa (17/10).
Sebelumnya, Planet Ban telah mendorong pelanggan untuk meninggalkan ban bekas saat membeli ban baru di toko mereka dalam mengurangi dampak negatif dari limbah.
Ban bekas itu akan diolah ulang menjadi produk berguna melalui kerjasama dengan pihak ketiga. Selain itu, Planet Ban bekerja sama dengan produsen ban resmi menerapkan kebijakan tanpa plastik dalam penjualan ban di lebih dari seribu outlet Planet Ban, sebagai bagian dukungan terhadap program pemerintah mengurangi limbah plastik.
Upaya pengelolaan limbah ban merupakan bagian dari implementasi prinsip 5i (Reduksi Emisi, Konversi, Konservasi, Proteksi dan Mediasi) diadopsi Planet Ban dalam menjalankan bisnis berkelanjutan.
Lebih dari itu, Planet Ban telah melaksanakan sejumlah inisiatif penting untuk mendukung komitmen zero emission dan zero waste, termasuk layanan uji emisi dan servis berkala, pengelolaan limbah oli dan ban motor beserta plastik pembungkusnya, penggunaan bahan ramah lingkungan untuk suku cadang motor, serta pengembangan layanan terbaru untuk mendukung ekosistem motor listrik (Electric Vehicle).
Dalam 30 tahun terakhir, seluas 69,28 hektar daerah pesisir Desa Tanjungpakis telah terdampak abrasi masif. Limbah ban motor bekas dipilih sebagai Alat Pemecah Ombak karena sifat elastis karet pada ban dapat menyerap energi gelombang laut dan memecahkannya menjadi energi kinetik lebih rendah.
Dikombinasikan dengan bambu, Alat Pemecah Ombak yang terbuat dari limbah ban bekas telah didaur ulang itu memiliki potensi optimal untuk mengurangi kekuatan gelombang tinggi dan melindungi pantai dari abrasi secara efektif, sekaligus mudah dibentuk dibanding material lainnya.
Sementara, CEO CarbonEthics, Agung Bimo Listyanu mengutarakan apresiasinya terhadap Planet Ban atas kontribusi dan dukungan diberikan terhadap upaya perbaikan kondisi pesisir di Indonesia.
“Masalah abrasi saat ini telah menjadi sangat serius bagi kelangsungan hidup masyarakat pesisir di sejumlah daerah di Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah ban bekas dari Planet Ban, diperkirakan inisiatif ini berpotensi meningkatkan taraf hidup 5% dari populasi masyarakat Desa Tanjung Pakis terdampak abrasi pada 2026. Hal ini dihitung dari potensi restorasi lahan hingga 10 hektar dan konservasi 40,000 pohon mangrove dari gelombang tinggi,” ungkap Agung.
Keberhasilan kolaborasi antara Planet Ban dan CarbonEthics dalam mengolah limbah ban bekas menjadi alat pemecah ombak akan menjadi contoh nyata, bagaimana inovasi dalam pengelolaan limbah dapat memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
“Semoga solusi Planet Ban dapat memotivasi sektor lain untuk mengadopsi pendekatan kreatif dalam mengatasi masalah lingkungan dan menciptakan ekosistem berkelanjutan,” harap Agung.
Sekadar diketahui bahwa CarbonEthics adalah organisasi yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan iklim melalui konservasi alam, dan merupakan salah satu pelopor konservasi karbon biru di Indonesia.
Bersama CarbonEthics, kegiatan konservasi tidak hanya memberi dampak lingkungan yang positif, tapi juga menciptakan dampak sosial secara langsung mengembangkan taraf hidup masyarakat lokal. (Joesvicar Iqbal)