Peristiwa disebut-sebut mirip tsunami itu terjadi Minggu (10/9) saat matahari mulai pergi ke peraduannya. Menurut otoritas setempat, Badai Daniel dikatakan sebagai biang kerok memicu terjadi bencana dahsyat. Sebelumnya, badai berkecepatan angin 70-80 kilometer per jam disertai hujan intensitas 150-240 milimeter menghantam Pantai Mediterania.
Tim pencarian dan pertolongan korban harus bekerja non-stop mengevakuasi para korban termasuk penyelamatan. Bahkan dalam sehari tim SAR mampu menemukan sebanyak 245 korban meninggal dunia.
Pihak berwenang Libya mendeklarasikan status darurat ekstrem, menghentikan aktivitas masyarakat seperti sekolah, perdagangan dan memberlakukan jam malam demi alasan keamanan.
Sebagai upaya percepatan penanganan darurat, pihak Libya akhirnya membuka kran bantuan dari berbagai pihak, termasuk internasional. Secara diplomasi, Libya juga mengetuk pintu pemerintah Indonesia melalui Nota Diplomatik KBRI Libya di Tripoli bernomor B-00266/Tripoli/230913 dan menaruh harap mendapat bantuan kemanusiaan guna meringankan beban dialami masyarakat disana.