Meski secara kualitas kedelai impor lebih buruk dibandingkan lokal, tapi karena ketersediaan di pasaran para produsen tahu terpaksa hanya dapat menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku utama pembuatan tahu.
“Sekarang banyak perajin tahu yang bukannya maju (berkembang) malah mundur, bahkan ada yang gulung tikar. Dari semenjak pandemi Covid-19 sampai sekarang produksi napasnya sudah Senin-Kamis (sekarat),” ungkapnya.
Menurut Dindin, langkah pemerintah dalam memberikan subsidi kedelai bagi produsen tahu dan tempe yang dilakukan sejak Tahun 2022 untuk mengatasi kenaikan harga kedelai impor tidak tepat.
Karena subsidi tersebut tidak menyelesaikan masalah kenaikan harga yang terus terjadi dari tahun ke tahun, dan penyaluran program pun dinilai tidak merata ke seluruh produsen.
“Banyak (produsen tahu) yang tidak dapat subsidi, tidak merata, sehingga dalam mengatasinya tidak tepat atau tidak efektif,” tegasnya.
Dindin mengatakan, langkah yang diharapkan para produsen adalah bagaimana pemerintah menjaga stabilitas harga dengan membuat acuan harga eceran tertinggi (HET) untuk kedelai impor.