IPOL.ID – Ribuan kantor dokter di seluruh Jerman bakal tetap tutup selama sepekan antara Natal dan Tahun Baru menyusul rencana aksi mogok disaat penyakit pernapasan di negara tersebut meningkat.
“Di mana pun Anda melihat, hampir semua tempat praktik dokter saat ini mengalami kelebihan beban kerja,” kata Dirk Heinrich, ketua federal asosiasi Virchowbund, saat aksi mogok kerja itu diumumkan seminggu yang lalu, dilansir Xinhua.
Virchowbund mewakili kepentingan semua dokter yang terdaftar dan dokter rawat jalan di negara tersebut.
Jerman mengalami gelombang penyakit pernapasan pada bulan Desember, dengan jumlah pasien yang terserang flu dan khususnya virus syncytial respiratory (RSV) yang terus meningkat.
Menurut data dari Robert Koch Institute (RKI) untuk penyakit menular, satu dari sepuluh orang di negara itu telah sakit sebelum Natal.
Jumlah infeksi Covid-19 di Jerman juga meningkat, dengan manula sebagai kelompok yang paling terdampak. Dari hampir sembilan juta infeksi virus baru-baru ini, satu dari tiga disebabkan oleh sub-varian SARS-CoV-2, demikian data RKI menunjukkan.
“Tidak dapat dimengerti bahwa ada seruan untuk menutup praktik di saat banyak orang sakit,” Eugen Brysch, ketua Yayasan Jerman untuk Hak-hak Pasien, mengkritik rencana tersebut.
Dia memingatkan pemogokan para dokter itu terutama akan berdampak pada orangtua dan orang yang rentan.
Namun, Virchowbund berpendapat bahwa kekurangan dana yang sistematis memperparah kekurangan dokter spesialis dalam praktik medis.
Menurut sebuah studi terbaru oleh PwC (Jerman), kekurangan tenaga kesehatan terampil di negara ini dapat meningkat menjadi 1,8 juta pada tahun 2035.
Banyak yang ingin beralih pekerjaan, sementara hanya satu dari tiga dokter yang berharap untuk tetap berprofesi sebagai dokter hingga pensiun.
“Tuntutan profesi medis sudah diketahui dengan baik, tidak perlu dipaparkan lagi,” kata Menteri Kesehatan Karl Lauterbach kepada lembaga penyiaran publik RBB, dengan menunjukkan bahwa sebuah reformasi terus dilakukan. (far)