IPOL.ID – Anggota Komisi VII DPR Asman Abnur prihatin dengan kondisi gas Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau, yang lebih dominan diekspor ke Singapura.
Padahal, posisinya ke Batam notabene hanya berjarak beberapa kilometer saja.
“Kita tahu Batam dan Singapura hanya berjarak sekitar 18 kilo meter. Cuman sayangnya potensi gas kita ini untuk Batam masih sedikit dibanding ke Singapura. Seharusnya, Batam yang harus diutamakan dibanding Singapura. Sehingga kawasan Batam ini bisa menjadi alternatif Singapura untuk berinvestasi,” ujar Asman, aat Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, seperti dilansir parlementaria dikutip Jumat (8/12).
Politisi dari Fraksi PAN ini menjelaskan bahwa sebelumnya ada keinginan dari Singapura untuk berinvestasi di Batam, Indonesia, mengingat keterbatasan infrastruktur di negerinya.
Namun, sayangnya, hal itu tidak jadi direalisasikan alias dibatalkan, karena Indonesia malah “menyediakan” fasilitas yang dibutuhkan Industri Singapura.
Sehingga Industri negara tetangga tersebut kembali bangkit dan tumbuh, tanpa harus berinvestasi di Batam. Padahal, hal tersebut sejatinya merugikan Indonesia.
“Yang terpenting bahan bakunya (gas) kan kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri,” katanya.
“Kalau kita perkuat Singapura-nya dengan harga yang murah dan gas yang Natuna masih dengan harga yang lama, mereka tidak akan membuat industrinya di Batam. Itu saja yang membuat saya sangat prihatin,” tambah politisi Fraksi PAN ini.
Oleh karena itu, menurut legislator dapil Kepulauan Riau ini, sudah saatnya pengambil kebijakan bersikukuh untuk tidak perlu lagi membuat tumbuh Industri di Singapura lewat ekspor gas Indonesia. Sehingga, Batam bisa merasakan nilai tambahnya.
Apalagi, pertumbuhan industri Batam saat ini sekitar 16 persen di atas rata-rata nasional. Artinya terjadi peningkatan kebutuhan gas dan listrik oleh Industri di Batam, belum lagi peningkatan kebutuhan gas rumah tangga.
“Terkait harga (gas), itu tergantung dari kebijakan pemerintah. Kalau harga di Singapura lebih mahal, ya sudah Kita sesuaikan dengan yang di Batam. Yang terpenting di sini bahan bakunya kan kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri, dalam hal ini Batam terlebih dahulu. Terlebih lagi, sekitar Kepulauan Riau, Bintan juga memiliki industri, Kawasan Ekonomi Khusus yang butuh support dari gas dan listrik yang cukup tinggi,” pungkasnya. (far)