IPOL.ID – Para pedagang Warung Tegal (Warteg) diliputi kekhawatiran usahanya bakal gulung tikar, lantaran terdampak dari harga beras yang masih mahal hingga memasuki Tahun 2024.
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengungkapkan kekhawatirannya karena kenaikan harga beras berisiko mengurangi jumlah pembeli di warteg.
Saat harga beras mahal, para pembeli khususnya yang daya belinya rendah cenderung mengurangi belanja dan memilih memasak di rumah dengan membeli bahan mentah.
“Dampak daya beli yang rendah bisa juga dampaknya banyak Warteg yang akan tutup,” tutur Mukroni pada awak media di Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (2/1).
Berdasar laman infopangan.jakarta.go.id saja, harga beras jenis medium yang umumnya paling banyak dibeli warga tercatat Rp13.500 per kilogram atau masih di atas HET.
Harga beras medium tersebut jauh di atas HET zona 1 yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023, yaitu Rp10.900 per kilogram.
“Pengeluaran makan di warteg mungkin dianggap lebih tinggi dibanding memasak di rumah. Ketika anggaran terbatas masyarakat cenderung mengurangi kunjungan ke warteg,” kata dia.
Bila harga beras dan kebutuhan lain terus melonjak tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat kelas pekerja, bukan tidak mungkin jumlah pembeli di warteg bakal terus berkurang.
Mukroni menambahkan, hingga kini dari sejumlah bahan pangan di pasaran mengalami kenaikan harga hanya beras yang belum menunjukkan tanda-tanda harganya segera turun.
“Beras masih bertengger harganya, dan kondisi iklim lingkungan yang tidak bersahabat dengan petani dan ini akan menyulitkan harga beras untuk turun,” tutup dia. (Joesvicar Iqbal)