“Sejauh ini untuk menjadi ulama disiapkan pesantren, sedangkan menjadi cendekia oleh dunia perguruan tinggi keagamaan Islam. Nah, MAN PK model pendidikannya ingin membekali lulusannya yang diproyeksikan bisa menggabungkan kedua ciri khas tersebut, yaitu keulamaan dan kecendekiawanan. Untuk itu, MAN PK ini diselenggarakan dalam suasana pendidikan yang menggabungkan antara persekolahan dan pesantren untuk memungkinkan bisa belajar 24 jam sehari secara bervariasi,” jelas M. Ali Ramdhani.
Sedangkan MAKN ini diorientasikan untuk menampung pengembangan bakat-minat peserta didik di bidang vokasi sebagaimana pada Pendidikan SMK. Namun, belajar di MAKN diwarnai dengan ciri khas agama Islam sebagaimana misi madrasah. Nilai akhlak dan keislaman akan mewarnai dalam proses belajarnya, sehingga lulusannya dapat menjadi pekerja profesional yang taat beragama, berakhlak tinggi dan memiliki orientasi profetik dalam bekerja.
“Ini kelebihannya. Karena itu pola pendidikannya juga diselenggarkan dalam sistem asrama yang dikelola seperti pondok pesantren. Ada pendidikan agama, penanaman akhlak, dan pembiasaan-pembiasaan yang dijalankan dalam 24 jam sehari,” sebut Kang Dhani.