IPOL.ID – Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dwi Sarah menyampaikan hasil riset mengenai ancaman amblesan tanah atau land subsidence di Pantai Utara (Pantura) Jawa. Menurutnya, ancaman amblesan tanah Pantura sebagai Silent Hazard, dan bisa terdampak pada kota-kota di pantai pantura.
Hal itu diungkapkan Dwi Sarah saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional “Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall)” di Jakarta, Rabu (10/1).
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, mengaku tergerak untuk membangun tanggul laut raksasa di sepanjang jalur pantura Pulau Jawa. Ia mengklaim niatnya tersebut tidak terkait dengan kapasitasnya sebagai Menhan. Melainkan sebagai pimpinan politik yang mendengarkan keinginan warga terdampak.
Dwi Sarah mengatakan bahwa fenomena amblesan tanah merujuk pada penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pergerakan material di bawah permukaan. Fenomena ini seringkali berlangsung secara perlahan, sulit terdeteksi secara langsung di lapangan, namun memiliki dampak yang signifikan, menjadikannya sebagai bahaya yang tersembunyi atau “silent hazard.”