“Pemantauan terkini dari 2015 hingga 2020 menunjukkan adanya perlambatan laju subsidence di Jakarta yaitu ditemukan hingga maksimal 5 cm per tahun. Sementara di daerah Bekasi laju subsidence-nya meningkat hingga mencapai 2 hingga 5 cm per tahun,” sebutnya dikutip dari brin.go.id.
Dwi Sarah juga menyampaikan bahwa tim periset BRIN melakukan investigasi in situ yang mengungkap kondisi bawah permukaan di beberapa daerah, memberikan gambaran yang penting terkait fenomena amblesan tanah dan implikasinya. Di DKI Jakarta Utara, batuan sediment berumur muda yang dominan terdiri dari endapan batu lempung yang tebal dengan sisipan pasir tipis. Meskipun laju amblesannya telah menurun, namun tetap terlihat adanya amblesan tanah di peta, menandakan potensi terkompaksinya secara alami.
Sementara itu, hasil investigasi di Pekalongan menunjukkan bahwa kondisi bawah permukaannya didominasi oleh endapan lempung dengan sisipan pasir dan tanah organik, yang secara gradual dari selatan ke utara, menunjukkan penurunan daya dukung dari menengah hingga rendah. Fenomena amblesan ini tidak hanya terpusat di Kota Pekalongan, tetapi juga telah meluas ke wilayah barat, masuk ke daerah Kabupaten Pekalongan.