“Sedangkan untuk di Semarang dan Demak, hasil penelitian menunjukkan bahwa amblesan tanah didorong oleh faktor alami dan antropogenik. Di Semarang, laju kompaksi alamiah sangat kecil, sehingga amblesan tanah dipicu oleh faktor antropogenik. Di Demak, laju amblesan alami bisa mencapai 2 cm, menunjukkan pengaruh kedua faktor tersebut,” terangnya.
Dikatakan Dwi Sarah, potensi bencana di Pantura akibat amblesan tanah, dengan laju antara 5 hingga 10 cm per tahun, berdampak pada kenaikan permukaan laut sebesar 3-10 mm per tahun, meningkatkan potensi banjir rob dan kerusakan infrastruktur. Untuk menanggulangi bahaya ini, diperlukan strategi jangka pendek dan panjang yang perlu diterapkan.
“Strategi jangka pendek mencakup penanggulangan dampak segera seperti banjir, sementara jangka panjang mempertimbangkan pengurangan laju amblesan. Ini bisa dilakukan melalui kombinasi mitigasi struktural (pembangunan struktur penahan banjir) dan non-struktural (manajemen air, penggunaan air permukaan, zona konservasi air tanah), serta pemantauan terus-menerus terhadap amblesan tanah dan muka air tanah,” jelasnya.