“Satu atau dua tahun ke depan, aku yakin mereka akan meledak dan menggairahkan turnamen profesional level atas dunia,” tambah Martin.
Karantina mandiri benar-benar menyembunyikan petenis Tiongkok dari kacamata tenis dunia. Dugaannya itu pun sebenarnya telah terealisasi pada awal tahun ini. Zheng Qinwen, 21 tahun, menembus sepuluh besar tunggal putri dunia setelah menjejakkan kakinya untuk kali pertama di partai final Grand Slam, Australia Open 2024.
“Menurutku, ada satu perbedaan mendasar antara pemain Indonesia dengan pemain Tiongkok. Seperti lawan Tian hari ini (Komang) adalah petenis yang betul-betul bagus. Pukulannya pun kuat dan kencang. Namun, aku tidak melihat pola permainannya. Hal ini tentu kembali ke cara berlatihnya. Intensitas serta prioritas latihannya. Ketika bertanding, pemain tidak bisa sekadar menembak ataupun memanjangkan bola. Setiap pukulan semestinya menampakkan tujuan serta visi permainannya sebagai upaya memenangkan pertandingan,” tutur Martin, yang pernah menangani petenis Indonesia, Justin Barki.