“Tentunya ini hanya patokan karena akan ada faktor risiko, kemudian keluhan, hasil pemeriksaan, tentunya itu akan berbeda-beda setiap pasien,” kata Dr. Evelyn.
Glaukoma kronis tidak menimbulkan gejala sehingga berbeda dengan glaukoma akut yang menimbulkan gejala seperti mata merah, nyeri pada mata, pandangan kabur, mual dan muntah, melihat pelangi atau lingkaran cahaya, dan penyempitan lapang pandangan.
“Yang khas itu melihat pelangi atau lingkaran cahaya, jadi gambarannya itu pas hujan kita naik mobil kita melihat dari jendela lampu di luar itu di sekitarnya ada gambaran warna-warna pelangi itu yang menjadi ciri khas orang glaukoma pada saat tekanannya tinggi,” ungkap Dr. Evelyn.
Dr. Virna Dwi, juga sebagai narasumber, menyampaikan tujuan tata laksana glaukoma, yaitu mempertahankan fungsi penglihatan, menjaga kualitas hidup pasien, mencegah penurunan lapang pandangan, menangani faktor risiko, yaitu tekanan bola mata.
“Walaupun kita tahu 80-90% kasus glaukoma di Indonesia faktor risikonya tekanan bola mata tinggi, sehingga memang kita berupaya semaksimal mungkin menurunkan tekanan bola mata dengan sebaik-baiknya, kemudian juga faktor-faktor risiko terkait,” kata Dr. Virna.