Guru Besar UIN Jakarta yang energik ini menegaskan, saatnya para pemuda untuk bersanding setelah bertanding, karena bangsa ini membutuhkan kebersamaan dan persatuan guna mengakselerasi proses pembangunan.
“Jangan sampai kita melanggengkan narasi provokatif dan membelah. Nah di sinilah pentingnya anak muda sebagai agen perubahan di dalam mewujudkan kohesi nasinal dengan menggunakan kemampuan literasi digitalnya, kemampuan membangun kebersamaan antar elemen, dan terus merajut tali kebersamaan, apalagi di tengah situasi idul fitri, maka semangat untuk membangun kebersamaan dan semangat untuk saling memaafkan harus menjadi etos positif di dalam mengakselerasi pembangunan”, jelasnya.
Selanjutnya Dosen Pascasarjana UIN Jakarta ini menegaskan bahwa “tidak ada pemimpin yang sempurna, tetapi proses politik yang sudah menghasilkan kepemimpinan nasional terpilih ini sebagai hasil optimal yang harus kita dukung secara bersama-sama”
“Kepentingan politik elektoral kita tidak boleh mengalahkan kepentingan nasional kita. saatnya berkontestasi ya berkontestasi, tapi jika sudah usai, jangan sampai masih melanggengkan narasi yang terus membelah, dan melanggengkan narasi perbedaan, saatnya mengedepankan narasi persatuan” pungkas Ni’am.