IPOL.ID – Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) DKI Jakarta dan pedagang Warung Tegal (Warteg) lainnya mengeluhkan soal kenaikan harga bawang merah yang terjadi signifikan setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Hingga masalah itu memberatkan para pedagang.
Harga bawang merah yang normalnya berkisar Rp35-Rp40 ribu per kilogram saat ini saja melonjak drastis menjadi Rp70 ribu, bahkan di sejumlah pasar harganya mencapai Rp80 ribu.
Ketua Kowantara DKI Jakarta, Izzudin Zidan mengatakan, kenaikan harga bawang merah itu sangat berdampak karena semua bumbu masakan ada bawang merahnya. Jadi kalau bawang merahnya mahal tentu dikurangi bawangnya, namun sangat berpengaruh pada rasa masakan itu.
Tetapi para pedagang Warteg tidak mungkin untuk menaikkan harga pada menu makanan disajikan kepada pembeli.
“Para pedagang warteg ga mungkin menaikkan harga makanan karena akan berdampak pada konsumen yang berkurang tentu omset bakal menurun,” kata Zidan di Jakarta Timur, pada Kamis (18/4).
Sehingga, dia menuturkan, para pedagang Warteg minta pada pemerintah supaya bisa mengendalikan harga bawang, agar harga bahan pokok lainnya tidak ikut naik.
“Harga beras aja sampai sekarang belum turun, harga cabai masih tinggi, ini bawang malah naik,” sesalnya.
Senada dengan Zidan, Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengungkapkan, kenaikan harga bawang merah mengakibatkan modal usaha pedagang membengkak.
“Naiknya harga bawang meningkatkan biaya produksi makanan yang dijual. Bawang sering digunakan sebagai bumbu dasar dalam banyak masakan,” ungkap Mukroni, Kamis.
Kenaikan harga bawang merah yang membebani modal usaha ini memberatkan karena para pedagang tidak lantas dapat menaikkan harga menu dijajakan kepada pelanggan.
Para pedagang Warteg khawatir jika menaikkan harga menu maka mereka berisiko kehilangan pelanggan, mengingat Warteg identik dengan pembeli dari ekonomi menengah ke bawah.
Mereka terpaksa bertahan menghadapi kenaikan harga bawang merah yang terjadi meski modal membeli bahan pokok dikeluarkan membengkak, dan keuntungan dari usaha berkurang.
“Jika pedagang Warteg tidak menaikkan harga jual makanannya untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi, mereka mungkin akan mengalami penurunan margin keuntungan,” katanya.
Para pedagang Warteg berharap pemerintah lekas mengambil langkah menurunkan dan menjaga stabilitas harga bawang merah agar dapat terjangkau pelaku usaha.
Mukroni menambahkan, para pedagang Warteg berupaya mensiasati kenaikan harga bawang merah dengan mencari alternatif bahan bumbu lain digunakan meracik menu.
“Pedagang Warteg mungkin perlu mencari alternatif bahan atau bumbu lain yang lebih murah sebagai pengganti bawang untuk mengurangi biaya produksi,” pungkasnya. (Joesvicar Iqbal)