Menurut pedagang Pasar Induk Kramat Jati, penurunan harga itu terjadi bertahap sejak dua pekan sebelum Idul Fitri 1445 Hijriah, dan kembali anjlok secara drastis usai Lebaran Idul Fitri sampai saat ini. Bahkan tidak ada kenaikan seperti hal stabilnya harga buah-buahan yang lain.
“Pembelinya juga enggak ada. Kita dagang sekarang nombok doang. Sekarang dari harga kita beli ke petani terus dijual lagi sudah enggak ada untungnya sama sekali,” keluhnya.
Inas menjelaskan, penyebab anjloknya harga pepaya dan sepinya pembeli yang mengakibatkan pedagang membuang dagangannya bukan kali pertama terjadi, nyaris setiap tahun terjadi hal serupa.
Dia mencontohkan pada akhir Tahun 2023 lalu para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati juga terpaksa membuang puluhan ton pepaya dagangannya karena harga menurun ditambah sepi pembeli.
“Sekarang satu mobil bisa separuh lebih dibuang, kita nombok doang. Hari ini pepaya masuk, besok sudah dibuang. Ini yang baru masuk kalau malam enggak laku sudah dibuang lagi,” ungkap dia.