Namun demi mempertahankan usahanya pedagang Pasar Induk Kramat Jati hanya mengandalkan pembeli dari pengusaha katering, hotel, restoran yang setiap hari membutuhkan pepaya.
Sementara, Pedagang Pasar Induk Kramat Jati lainnya, Tumiran, 60, menambahkan, guna menyiasati turunnya harga para pedagang pepaya juga mengurangi jumlah pembelian ke petani.
“Per hari yang biasanya dua truk, sekarang satu truk. Lebaran tahun kemarin enggak kejadian seperti ini, tapi akhir tahun lalu juga kita terpaksa membuang dagangan,” tukas Tumiran.
Bahkan puluhan ton pepaya terbuang sia-sia tidak ada yang menampung buah pepaya yang terbilang masih layak konsumsi maupun yang sudah busuk dua hari.
“Yang menampung pepaya pun tidak ada, jadi sampah aja jadinya,” tutup Tumiran. (Joesvicar Iqbal)