Sementara Muhammad Anggri Setiawan, Ketua Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, mengatakan di masa musim penghujan sekarang ini, risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor bisa terjadi kapan saja.
Anggri menekankan bahwa PSBA terus melakukan studi soal kebencanaan di berbagai wilayah di Indonesia. Di samping itu, pihaknya juga mengembangkan alat sistem deteksi bencana longsor yang dinamakan SipendiL atau Sistem Peringatan Dini Longsor, sebuah alat Early Warning System yang bekerja berdasarkan pembacaan kondisi total hujan (milimeter). “Kami terus mengaji sistemnya baik aktivitas secara meteorologi dan geologi. Harapannya untuk meminimalisir risiko destruktif yang ditimbulkan,” ujarnya.
Sedangkan Amin Susiatmojo, perwakilan Tim Disaster Response Unit (DERU) DPKM UGM, mengatakan kontribusi UGM tidak hanya pada kegiatan mitigasi dan studi penanggulangan bencana di tanah air namun ikut memberikan kepedulian pada masyarakat yang menjadi korban bencana.
DERU dibentuk untuk membantu penanganan cepat, tepat, dan efektif di daerah lokasi bencana. Selain mengirim tim relawan, tim DERU juga bergabung dengan mahasiswa KKN-PPM UGM peduli bencana yang bertugas sesuai dengan kompetensi asal dari fakultas masing-masing. “Mereka diarahkan oleh DPL sesuai tugasnya, seperti tim trauma healing dari Fakultas Psikologi dan pembuatan jamban darurat oleh mahasiswa Fakultas Teknik,” paparnya.