“Temuan ini menunjukkan secara jelas adanya perubahan signifikan lapisan ionosfer yang merespons peristiwa gerhana,” tuturnya.
Dirinya menambahkan setelah puncak gerhana, ionosfer mulai merespons dengan terjadinya penurunan kerapatan plasma lapisan ionosfer, yang terlihat dari penurunan nilai frekuensi kritis lapisan F2 dan F3.
Hal ini serupa dengan penurunan nilai TEC yang teramati dari hasil pengolahan data GPS jaringan Madrigal.
Sebagai analisis pendukung, penurunan kerapatan elektron di lapisan D ionosfer juga terungkap dari tren nilai indeks kuat sinyal jaringan radio ALE yang berbeda (indeks SN) saat hari gerhana, dengan hari sebelum dan sesudah gerhana.
Pengukuran kekuatan sinyal (indeks SN) menunjukkan bahwa ionosfer wilayah D mungkin berkurang secara signifikan selama gerhana.
Varuliantor mengungkapkan, penelitian respon ionosfer terhadap peristiwa gerhana di wilayah Indonesia yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Geophysical Report ini merupakan salah satu cara untuk memahami dinamika ionosfer di wilayah Indonesia. (ahmad)