IPOL.ID – Indonesia, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi namun menghadapi situasi kritis. Hal tersebut dikarenakan lebih dari 100 spesies Zingiberaceae atau jahe-jahean berpotensi sebagai tanaman obat terancam punah. Ancaman kepunahan spesies yang mengkhawatirkan ini terutama disebabkan oleh hilangnya habitat akibat penebangan dan konversi lahan. Sehingga potensi pemanfaatannya secara tradisional dan modern pun terancam.
Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Bima Atmaja, menjelaskan zingiberaceae merupakan famili terbesar dalam ordo zingiberales yang banyak ditemukan di daerah tropis. Kawasan Asia Tenggara dan Amerika Selatan memiliki keanekaragaman spesies tertinggi.
“Indonesia, merupakan rumah bagi sekitar 500 spesies zingiberaceae dari total 1.500 spesies global. Dimana zingiberaceae memainkan peran penting dalam konservasi keluarga tumbuhan ini,” ungkap Bima dilansir dari brin.go.id.
Menurutnya zingiberaceae liar adalah sumber plasma nutfah berpotensial. Diperkirakan hanya sekitar 40-50 spesies Zingiberaceae yang telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Namun sayangnya, hanya sedikit spesies zingiberaceae yang telah dimanfaatkan.
Lebih lanjut Bima menyampaikan bahwa studi yang dilakukan bersama beberapa periset BRIN lainnya, tercatat 8 dari 23 marga Zingiberaceae di Indonesia yang terancam punah tersebut ternyata memiliki manfaat yang besar.
Ia menyebutkan bahwa pemanfaatan spesies Zingiberaceae Indonesia secara tradisional sebagai tanaman obat telah didokumentasikan melalui studi etnobotani dan farmakologi. Hal tersebut ia tuangkan ke dalam artikel ilmiah yang disusun bersama kawan-kawan berjudul “Indonesian threatened Zingiberaceae: Exploring their potential traditional and modern uses”.
‘’Spesies ini memiliki potensi dalam penemuan obat-obatan modern, dengan berbagai aktivitas biologis dan farmakologis. Diantaranya seperti antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antikanker, dan sifat anthelmintik,’’ beber Bima.
Bima menerangkan senyawa dengan aktivitas antioksidan tinggi, seperti senyawa fenolik dan 6-gingerol, telah diidentifikasi dalam Zingiber officinale Roscoe atau yang biasa dikenal dengan jahe. Meskipun potensi yang dimiliki spesies Zingiberaceae terancam sangat besar, upaya konservasi di Indonesia saat ini masih terbatas.
‘’Yang mengejutkan, berdasarkan data dari database Makoyana yang dikelola BRIN, bahwa tidak lebih dari 10 % spesies terancam punah ini dikonservasi di kebun raya Indonesia. Hal ini tentu menjadi kebutuhan mendesak dalam meningkatkan tindakan konservasi sebagai upaya melindungi tumbuhan berharga dari kepunahan,” ujarnya.
Bima menegaskan, untuk mengatasi masalah mendesak ini, para ahli perlu menekankan pentingnya pelestarian kekayaan keanekaragaman hayati Zingiberaceae. Upaya konservasi harus mencakup misalnya pelestarian habitat, praktik pengelolaan lahan berkelanjutan, dan penetapan kawasan lindung.
Selain itu, bioprospeksi atau penggalian potensi manfaat spesies Zingiberaceae juga menjadi kunci untuk meningkatkan perhatian terhadap konservasi spesies ini. ‘’Kolaborasi antara lembaga pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat lokal, didukung dengan peran pemangku kepentingan lainnya sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup spesies yang terancam ini,” harap Bima.
Dirinya kembali menjelaskan hilangnya spesies zingiberaceae tidak hanya menimbulkan ancaman terhadap lingkungan. Akan tetapi berdampak juga pada praktik pengobatan tradisional dan upaya penemuan obat modern. Pelestarian spesies ini menjamin ketersediaan sumber daya obat, mendukung pelestarian pengetahuan adat, dan mendorong pengembangan pengobatan alternatif maupun modern untuk berbagai kondisi kesehatan.
Secara ringkas, tambah Bima, zingiberaceae Indonesia memiliki keragaman spesies dan endemisitas yang tinggi, sekaligus menyimpan potensi obat yang luar biasa. Di sisi lain, Zingiberaceae Indonesia juga menghadapi ancaman kepunahan yang tinggi, namun spesiesnya yang sudah terkonservasi masih sangat terbatas.
‘’Karenanya, diperlukan tindakan segera untuk melindungi spesies Zingiberaceae yang terancam di Indonesia. Dengan menjaga tumbuhan unik ini, kita berkontribusi terhadap pelestarian warisan alam dan memastikan masa depan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang,” tandas Bima.
Sementara itu, Peneliti Pusat Riset Botani Terapan BRIN Putri Sri Andila menambahkan, menurut ahli taksonomi Axel Dalberg Poulsen dari Royal Botanic Garden Edinburgh, wilayah Wallacea, Kalimantan, dan Sumatra merupakan salah satu pusat keanekaragaman Zingiberaceae liar di Indonesia, dan sebagian besar merupakan spesies endemik. Namun, lebih dari 100 spesies Zingiberaceae di Indonesia terancam punah akibat konversi hutan dan penggundulan hutan yang merupakan habitat spesies tersebut. (tim)