“Berdasarkan data dari kamera jebakan yang kami pasang di wilayah konservasi tertangkap harimau bersama anaknya, demikian juga terhadap harimau yang ditemui secara langsung bersama anaknya. Jadi konservasi harimau berlangsung baik. Secara regulasi, pihak swasta bisa terlibat dalam konservasi seperti yang dilakukan oleh TWNC melalui skema kerja sama kolaborasi penguatan fungsi,” kata Ismanto.
Hal senada juga disampaikan oleh Bayu yang menyebutkan sebelum TWNC masuk ke kawasan TNBBS, banyak pemburuan harimau dan hanya ada 4 ekor harimau dan kini menjadi puluhan harimau di TWNC.
“Sekarang TWNC jadi contoh konservasi untuk dunia. Ini bisa terjadi karena ada komitmen dari semua pihak,” ungkap Bayu.
Bayu menuturkan TWNC tidak hanya menjadi lokasi pariwisata alam berkelanjutam, namun juga sebagai sebagai kawasan konservasi yang dikerjasamakan dengan pemerintah dalam hal ini dengan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan selatan (TNBBS) dan BKSDA Bengkulu. TWNC juga memiliki Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera (PRSHS) yang dibentuk pada 2008, sampai saat ini TWNC sudah merehabilitasi 13 harimau dan melepasliarkan tujuh harimau ke alam liar. (ahmad)