Selain itu, Dede juga menjelaskan bahwa gerakan boikot ini turut mendorong masyarakat untuk mengalihkan konsumsinya ke produk lokal. “Orang akan memilah boikot pada produk yang ada substitusinya. Dan pergeseran ini adalah bukti nyata bahwa konsumen Indonesia semakin menghargai dan bangga dengan produk dalam negeri,” katanya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Algooth Putranto, Dosen Branding dan Komunikasi dari Universitas Pembangunan Jaya, yang dalam kesempatan yang sama menyebutkan, di era saat ini lebih mudah untuk melakukan boikot dibandingkan 10 tahun yang lalu. Alasannya, banyak tersedia pilihan produk pengganti.
Dia berharap gerakan boikot Israel dan semua yang terafiliasi terus bergulir di tengah masyarakat. “Sebabnya, jika gerakan boikot bersifat temporer, alias putus sambung, maka hal itu tidak akan mengirimkan pesan kuat kepada para perusahaan yang produknya terafiliasi Israel,” tegas Algooth.
Menurut Algooth, dukungan publik yang semakin besar terhadap produk lokal, termasuk atas Le Minerale, menjadikan brand lokal bisa mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama dalam persaingan di pasar dalam negeri.