IPOL.ID – Di era teknologi canggih dengan ilmu pengetahuan (sumber teknologi) yang ada dewasa ini dapat memenuhi kebutuhan untuk sebuah solusi, seperti pada bidang kesehatan, salah satunya kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Dalam hal ini, Bumame berkolaborasi dengan Naleya Genomik Indonesia (NGI) meluncurkan Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies (PGTA), berfungsi untuk mengidentifikasi jumlah kromosom pada embrio.
Sehingga dapat meningkatkan peluang kehamilan pada pasien yang menjalankan proses fertilisasi In Vitro (IVF) dan menurunkan risiko keguguran.
Setelah kesuksesan Bumame menjadikan layanan NIFTY sebagai tes Non-invasive Prenatal Testing (NIPT) nomor satu di Indonesia dalam kurun waktu 10 bulan. Bumame melanjutkan kerja sama dengan NGI guna menghadirkan teknologi canggih PGTA dan transfer pengetahuan ilmu genomika reproduktif dengan menggunakan teknologi terkini.
Produk ditawarkan adalah salah satu PGTA test terbesar di dunia, yang sudah hadir di lebih dari 45 negara dan 600 institusi medis.
“Kolaborasi ini merupakan langkah revolusioner, memperluas penawaran pemeriksaan genetik untuk sistem reproduktif di Indonesia. Kami terus berusaha untuk meningkatkan aksesibilitas dan menghadirkan layanan kesehatan mutakhir dengan kualitas terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutur James Wihardja, CEO Bumame pada ipol.id, Rabu (7/8/2024).
Studi dari The Lancet menyatakan bahwa tingkat fertilitas dunia diprediksi bakal menurun. Diperkirakan 155 dari 204 negara (76%) akan memiliki tingkat kesuburan di bawah tingkat penggantian populasi pada 2050. Di Indonesia, tercatat lebih dari 7.000 siklus bayi tabung di Indonesia pada Tahun 2016, angka keberhasilannya capai 28%.
Untuk memenuhi kebutuhan akan solusi kesehatan reproduksi, Bumame menghadirkan layanan inovatif yang mudah dijangkau. Menyediakan dua jenis layanan skrining kromosom embrio, yaitu PGTA Core dan PGTA Plus.
Melalui penggabungan teknologi amplifikasi genom utuh (Whole Genome Amplification) dan preparasi pustaka (Library Preparation), proses pemeriksaan dianalisis dengan bioinformatika otomatis. Sehingga akurasi hasil atau sensitivitas mencapai >98% dan spesifisitas 100%.
“Seluruh pengerjaan sampel diproses secara lokal untuk mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) analis laboratorium genomik di Indonesia,” jelas James.
Kabar baik lainnya adalah tes PGTA Plus yang sebelumnya belum tersedia di Indonesia, kini bisa diakses masyarakat dengan biaya lebih terjangkau. Bumame mengundang seluruh klinik IVF di Indonesia untuk turut serta dalam langkah besar ini, demi memajukan layanan kesehatan nasional.
“Dengan teknologi terdepan, Bumame yakin dapat membawa perubahan signifikan dalam peningkatan kehamilan sehat, serta kemajuan bidang fertilitas dan genomika reproduktif di Indonesia,” pungkas James. (Joesvicar Iqbal)