“Saya menyadari bahwa di Sumatera memiliki banyak perkebunan kelapa sawit, dan pelepah sawit selalu terbuang setiap panen dua minggu sekali. Saya berbicara dengan pembeli dan meyakinkan mereka untuk mencoba lidi sawit. Pada November 2020, kami berhasil ekspor perdana ke India dan ternyata mereka suka. Secara kekuatan, lidi sawit tidak jauh berbeda namun biayanya 20 persen lebih murah dibandingkan lidi dari pohon kelapa yang juga terbatas produksinya. Sementara lidi dari limbah sawit selalu tersedia karena panen dilakukan dua minggu sekali sehingga ada jaminan pasokan bahan baku dan lebih ramah lingkungan,” kata Rianto.
Ekspor lidi dari limbah sawit tidak hanya berkontribusi pada pengurangan limbah tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani sawit mitra CV Kahaka Internasional. Untuk memenuhi bahan baku lidi sawit yang berasal dari limbah, CV Kahaka Internasional bermitra dengan lebih dari 300 petani sawit yang tersebar di 15 lokasi di Pulau Sumatera dan Jawa, seperti di Siantang, Dumai, Lampung, dan Pemalang.