IPOL.ID – Polisi berhasil meringkus dua pelaku utama dalam kasus pengeroyokan terhadap rombongan kiai Nahdlatul Ulama (NU) dan Banser di wilayah Rengasdengklok, Karawang. Kedua pelaku yang berhasil dibekuk adalah FS dan SW.
Kapolres Karawang AKBP Edward Zulkarnain menjelaskan, keduanya merupakan pelaku utama pengeroyokan, namun penyidik masih mendalami tersangka lainnya.
“Para pelaku mengadang iring-iringan mobil korban di TKP dengan maksud mencari keberadaan salah satu kiai, yang saat itu menghadiri acara ibadah di salah satu Pondok Pesantren di Karawang,” jelasnya, Jumat (16/8).
Polisi menyita barang bukti antara lain dua helm, satu rompi hitam, satu baju loreng, sepasang sepatu, sepeda motor jenis, dua tas hitam, satu unit handphone iPhone 11 Pro Max, serta dua kartu identitas (KTP) milik para pelaku.
“Terkait motif pelaku masih kami kembangkan dan belum bisa kami sampaikan sekarang. Namun jika sudah selesai kami tangani pasti akan kami sampaikan motifnya,” katanya.
Para pelaku dijerat dengan Pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang mengatur tentang kekerasan secara bersama-sama di muka umum terhadap orang atau barang. Mereka terancam hukuman penjara hingga 5-6 bulan.
Pengurus NU Karawang, Ahmad Ruchyat Hasby mengungkapkan kronologi pengeroyokan yang menyasar rombongan kiai dan Banser di Karawang pada Sabtu (10/8) malam.
Belakangan diketahui tokoh NU yang menjadi korban amukan massa tak dikenal ini adalah KH Ihsanudin Al Baedowi, selaku Rais Syuriyah MWCNU Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, serta Banser Bekasi dan Pengasuh Pesantren Manbaul Ulum Karawang, KH Asep Syarif.
Dia menjelakan bahwa kejadian ini bermula saat rombongan hendak menuju lokasi pengajian di Pondok Pesantren Al Baghdadi. Tetapi, dalam perjalanan, rombongan tersebut berhenti sejenak di Pesantren Mambaul Ulum Rengasdengklok, jaraknya hanya sekitar satu kilometer dari lokasi pengajian.
Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan. Namun, di tengah jalan, rombongan ini tiba-tiba diadang oleh sekelompok orang tak dikenal sebelum tiba di Pesantren Al Baghdadi.
“Pukul 21.00 WIB, rombongan keluar dari Pesantren Manbaul Ulum dan di tengah jalan diadang oleh lima sepeda motor berpelat B. Tak lama kemudian, ratusan orang menyusul pengendara motor tersebut. Mereka mengenakan jaket almamater bertuliskan ‘Majelis Al Bahar’,” ujar Ruchyat, dilansri NU Online.
“Rata-rata sepeda motor tersebut berpelat B, yang menunjukkan bahwa mereka kemungkinan bukan berasal dari Karawang. Indikasinya, mereka datang dari Cikarang, Bekasi. Yang diadang adalah mobil Kiai Ihsan dari Cikarang, yang di belakangnya terdapat logo Banser dan NU,” imbuhnya.
Insiden ini disinyalir merupakan penyerangan yang salah sasaran. Massa menduga bahwa tokoh yang berada di dalam mobil tersebut adalah KH Imaduddin Utsman al-Bantani, seorang pengasuh Pesantren Nahdlatul ‘Ulum, Tangerang, Banten.
“Karena dihadang, mobil tersebut berhenti. Massa mulai mendekat ke mobil dan menanyakan Kiai Imaduddin Banten. Mereka berpikir bahwa dalam rombongan tersebut ada Kiai Imaduddin Al-Bantani. Mereka beranggapan bahwa Kiai Imad hadir dalam haul yang digelar di Pesantren Al Baghdadi Karawang. Nyatanya, beliau tidak hadir,” tutur Ruchyat.
Dia menuturkan bahwa pada awalnya, Kiai Asep dan Kiai Ihsan berniat keluar dari mobil untuk menemui massa, namun dihalangi oleh Ao Mauludin (Banser) dan Arsanu (santri Kiai Asep) yang turut serta dalam rombongan.
“Banser justru melindungi Kiai Asep dan Kiai Ihsan agar tidak keluar dari mobil dan tidak menjadi korban,” ucapnya.
Setelah pemukulan tersebut, rombongan membawa Mauludin (Banser) dan santri ke rumah sakit untuk melakukan visum, dan hasilnya dilaporkan ke Polsek Rengasdengklok dan Polres Karawang.
“Kemarin saya datang ke Polres Karawang untuk meminta agar pelaku segera diburu karena bukti-buktinya sudah jelas. Mobil yang rusak, wajah pelaku yang sudah kami screenshot, pelat nomor, dan almamater Majelis Al Bahar,” ucapnya. (far)