Saat ditanya lebih lanjut terkait waktu pembatasan yang diwacanakan dimulai pada 1 Oktober, Luhut tak banyak bicara. Namun ia berharap demikian. “Kita berharap itu (Oktober),” katanya.
Langkah pengetatan pembelian BBM subsidi ini didasarkan dari penyaluran yang masih belum tepat sasaran. Luhut memperkirakan, penerima subsidi BBM hanya 6% yang tepat sasaran, sedangkan 94% sisanya merupakan golongan mampu.
“Jadi yang kena itu sebenarnya 6-7% (subsidi tepat sasaran), tapi yang kena (sisanya) itu orang-orang berada seperti saya, ya nggak fair dong saya disubsidi oleh pemerintah,” kata Luhut.
Dalam kesempatan berbeda, Luhut menyampaikan bahwa pihaknya akan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk membatasi BBM subsidi. Penggunaan teknologi canggih ini harapannya dapat membantu penyaluran BBM subsidi lebih tepat sasaran.
“Pemerintah mau meluncurkan program untuk BBM dengan teknologi AI,” ujar Luhut, dalam konferensi pers di lokasi yang sama.
Ia menjelaskan, data penduduk yang berhak menerima BBM subsidi akan diolah AI untuk dihubungkan ke sistem pengisian BBM di SPBU. Nantinya bisa dideteksi pelat nomor kendaraan yang mengisi BBM subsidi.