IPOL.ID – Kapal Sazanami berlayar ke selatan melalui jalur air sepanjang 180 kilometer dengan kapal-kapal dari Australia dan Selandia Baru.
Jepang telah mengirim kapal perusak melalui Selat Taiwan untuk pertama kalinya, media Jepang melaporkan, di tengah meningkatnya aktivitas militer di sekitar Jepang oleh China.
Kapal Sazanami memasuki selat dari Laut Cina Timur pada Rabu pagi, menghabiskan lebih dari 10 jam berlayar ke selatan untuk menyelesaikan lintasan, penyiar publik NHK dan surat kabar Yomiuri Shimbun melaporkan, Kamis 26 September 2024.
Lintasan tersebut dilakukan dengan kapal-kapal angkatan laut dari Australia dan Selandia Baru menjelang latihan yang direncanakan di Laut Cina Selatan yang disengketakan, kata laporan tersebut.
Juru Bicara Pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, menolak mengomentari laporan tersebut dalam jumpa pers rutin. Karena laporan tersebut menyangkut operasi militer. Belum ada konfirmasi langsung dari Kementerian Pertahanan.
Angkatan Laut Selandia Baru mengonfirmasi bahwa kapalnya, HMNZS Aotearoa, telah berlayar melalui selat tersebut bersama HMAS Sydney dari Angkatan Laut Australia.
Seorang juru bicara mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa transit pertamanya dalam tujuh tahun adalah untuk menegaskan “hak kebebasan navigasi”.
Transit ketiga kapal tersebut terjadi seminggu setelah kapal induk China Liaoning berlayar untuk pertama kalinya di antara dua pulau Jepang di dekat Taiwan, negara demokrasi yang diperintah sendiri yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
Tokyo mengatakan, kapal-kapal tersebut memasuki zona bersebelahannya, wilayah hingga 24 mil laut (sekitar 44 km) dari pantai Jepang, dan menyebut insiden itu “sama sekali tidak dapat diterima”. China mengatakan telah mematuhi hukum internasional.
Pada akhir Agustus, Tokyo mengatakan sebuah pesawat mata-mata China melanggar wilayah udara Jepang di dekat pulau-pulau di lepas pantai barat dayanya.
Yomiuri Shimbun mengutip beberapa sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan Perdana Menteri Fumio Kishida telah memerintahkan transit di Selat Taiwan karena khawatir tidak melakukan apa pun setelah aktivitas China dapat mendorong Beijing untuk mengambil tindakan yang lebih tegas.
Di Tokyo pada hari Kamis, juru bicara Hayashi menyatakan kekhawatiran tentang meningkatnya aktivitas militer China di wilayah tersebut.
“Kami memiliki rasa krisis yang kuat bahwa pelanggaran wilayah udara telah terjadi satu demi satu dalam waktu yang singkat,” katanya dalam konferensi pers rutin, mengutip Al Jazeera. “Kami akan terus memantau situasi dengan minat yang kuat.”
Amerika Serikat dan sekutunya mengirim kapal melalui selat sepanjang 180 kilometer untuk memperkuat statusnya sebagai jalur air internasional. Beijing mengklaim memiliki yurisdiksi atas perairan tersebut dan menuduh Jerman meningkatkan risiko keamanan setelah Berlin mengirim dua kapal militernya melalui selat tersebut bulan lalu.
Bec Strating, seorang profesor hubungan internasional di Universitas La Trobe, mengatakan kepada AFP bahwa transit Selat Taiwan yang dilaporkan Jepang adalah bagian dari pola yang lebih luas dari kehadiran angkatan laut yang lebih besar oleh negara-negara di dalam dan luar Asia yang khawatir tentang pernyataan maritim China.
“Jepang khususnya telah berurusan dengan taktik ‘zona abu-abu’ China di Laut Cina Timur. Termasuk semakin banyaknya kapal penjaga pantai yang berlayar mendekati pulau-pulau yang disengketakan,” katanya.
Menurut para ahli militer, taktik zona abu-abu adalah tindakan yang bertujuan untuk menguras habis angkatan bersenjata suatu negara. (ahmad)